PON Bela Diri Kudus 2025 dan Cerita Sebuah Kota untuk Cetak Atlet dan Gerakkan Perekonomian Lewat Sports Tourism
Ludus01


LUDUS - Kudus sore itu seperti sedang berpesta dalam cara yang khas: tanpa gegap gempita konser, tanpa kembang api, tapi lewat suara hentakan kaki para atlet di atas matras. Di Djarum Arena, Kaliputu, ribuan pasang mata menatap intens setiap gerakan gulat, judo, taekwondo, dan tarung derajat, empat cabang bela diri yang tampil di hari keempat, menghidupkan jantung Pekan Olahraga Nasional (PON) Bela Diri Kudus 2025.

Foto/PON Bela Diri 2025
Di antara keramaian itu, hadir Victor Rachmat Hartono, Presiden Direktur Djarum Foundation, berjalan tenang namun penuh rasa syukur. Ia tak sekadar menonton pertandingan, tetapi menyaksikan bagaimana sebuah kota kecil menjelma menjadi panggung besar bagi semangat olahraga Indonesia.
“Menarik sekali,” ujarnya pelan, ketika melihat betapa banyak cabang olahraga bela diri tampil bersamaan di Kudus. “Saya memang senang menyaksikan entertainment sport. Dan baru kali ini saya melihat begitu banyak cabang bisa tampil sekaligus di sini.” Kalimatnya sederhana, tapi di baliknya tersimpan kebanggaan: bahwa Kudus bukan lagi sekadar kota kretek, melainkan mulai tumbuh sebagai kota olahraga, bahkan lebih jauh, sebagai kota sport tourism.

Foto/PON Bela Diri 2025
Di tangan Djarum Foundation, bersama KONI, Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Pemerintah Kabupaten Kudus, ide itu pelan-pelan menemukan wujudnya. Setelah lama dikenal lewat bulu tangkis, Kudus kini merangkul cabang-cabang lain: sepak bola putri, atletik, panahan, dan kini, 10 cabang bela diri dengan ribuan atlet terbaik dari seluruh provinsi. Di antara aroma keringat dan semangat kompetisi, terselip keyakinan bahwa ekonomi daerah dapat berdenyut melalui olahraga. “Beragam cabang olahraga akan terus kami undang untuk berkompetisi di sini,” kata Victor. “Kami belajar bahwa perekonomian daerah bisa bergerak positif ketika ada penyelenggaraan event-event olahraga seperti ini.”

Foto/PON Bela Diri 2025
Kudus, dengan hotel-hotel penuh, kafe yang ramai, dan penjual kaki lima yang mulai bernafas lega, menjadi saksi bagaimana olahraga bisa menghidupkan ekonomi rakyat. Di luar arena, spanduk bertuliskan PON Bela Diri Kudus 2025 berkibar di sepanjang jalan utama kota. Di dalam arena, peluh dan adrenalin bercampur menjadi bahasa universal tentang perjuangan.
Di sisi lain arena, Suwarno, Wakil I Ketua Umum KONI Pusat, berbicara dengan nada yang penuh harapan. Ia melihat ajang ini bukan sekadar perlombaan, tetapi ruang baru yang membuka napas bagi para atlet. “Kami berupaya memperluas ruang kompetisi nasional dengan menghadirkan ajang multi-event di luar PON empat tahunan,” ucapnya. “PON Bela Diri Kudus 2025 ini diharapkan bisa melahirkan atlet-atlet berkualitas dan menjadi ajang pembinaan yang berkesinambungan.”

Foto/PON Bela Diri 2025
Hingga pukul 18.30 WIB (14/10/25), Jawa Barat masih memimpin perolehan medali sementara: 35 medali dengan 15 di antaranya emas. DKI Jakarta membayangi di posisi kedua, disusul Kalimantan Timur, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Namun angka hanyalah statistik. Yang sesungguhnya terasa adalah detak kompetisi yang hidup di antara para atlet: tatapan saling mengukur, genggaman pelatih yang meneguhkan, dan tepuk tangan penonton yang menembus batas provinsi.

Bagi Bona Ventura Sulistiana, Ketua Umum KONI Jawa Tengah, ajang ini bukan sekadar lomba, melainkan cermin untuk bercermin. “Kami memang tidak menargetkan jumlah medali tertentu,” ujarnya. “Fokus kami memperbaiki hasil dari PON sebelumnya, agar prestasi atlet meningkat di multi-event berikutnya.” Ia tahu benar, setiap kemenangan menyimpan pelajaran, dan setiap kekalahan menyisakan ruang untuk tumbuh. “Latihan sekeras apa pun tidak akan cukup tanpa kompetisi,” katanya. “Tanpa kompetisi, bagaimana kita bisa menembus level dunia?”

Foto/PON Bela Diri 2025
Pernyataannya menggema di ruang yang lebih luas dari sekadar arena. Ia seolah berbicara tentang Indonesia itu sendiri, tentang bagaimana bangsa ini perlu ruang-ruang kompetisi yang jujur dan berkelanjutan, tempat bakat diuji dan mimpi dilahirkan.
Di luar arena, layar raksasa di Alun-Alun Simpang Tujuh menayangkan jalannya pertandingan. Warga Kudus berkumpul, anak-anak berteriak setiap kali jagoannya menang, dan di udara tersisa sesuatu yang lama dirindukan: rasa kebersamaan. Djarum Foundation, bersama para sponsor dan mitra siaran seperti Blibli, Caffino, Polytron, tiket.com, hingga TVRI, menjadikan olahraga bukan hanya tontonan, tapi pengalaman kolektif sebuah kota yang sedang menulis bab baru sejarahnya.

Foto/PON Bela Diri 2025
PON Bela Diri Kudus 2025 bukan sekadar turnamen. Ia adalah cara Kudus bicara pada Indonesia: bahwa dari sebuah kota kecil di pesisir Jawa, semangat bisa menjelma menjadi kekuatan ekonomi, budaya, dan kebanggaan. Bahwa di balik setiap sabetan tangan dan kuda-kuda para atlet, ada denyut ekonomi yang bergerak, ada kota yang belajar percaya pada dirinya sendiri. Dan di tengah semua itu, olahraga menemukan kembali maknanya yang paling murni, bukan sekadar soal menang atau kalah, tapi tentang bagaimana ia menggerakkan hidup.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!