

LUDUS - Di banyak gedung olahraga, kisah yang sama kerap berulang: seseorang bermain bulu tangkis, tertawa, berlari mengejar bola, memaksakan satu smash terakhir, lalu tubuhnya rubuh begitu saja. Dalam hitungan menit, hidup yang tampak sehat dan aktif berubah menjadi berita duka. Bulu tangkis, olahraga yang kita kenal sebagai kegiatan akhir pekan penuh keriangan, ternyata menyimpan beban kardiovaskular yang jauh lebih berat dari yang dibayangkan masyarakat umum.

Tapi, para dokter olahraga di dunia sebenarnya sudah lama memahami mekanisme ini. Setiap pukulan cepat, setiap sprint pendek dari depan ke belakang lapangan, memaksa jantung bekerja dalam pola high-intensity intermittent exercise, latihan intens berselang singkat, yang sama kerasnya dengan interval training para pelari profesional.
Salah satu penelitian klasik dari tim fisiologi olahraga di University of Birmingham (UK) menjelaskan bahwa denyut jantung pemain bulu tangkis kompetitif dapat melesat hingga 80–90% dari kapasitas maksimal bahkan dalam gim rekreasional. Dalam paper mereka, para peneliti mencatat frasa yang sederhana tapi tajam: “badminton is deceptive; the rally may be short, but the cardiovascular load is not.” Bulu tangkis menipu, rally-nya pendek, tapi bebannya sangat berat.
Mengapa Orang Bisa Kena Serangan Jantung Saat Bermain?

Untuk memahami fenomena itu, mari berkaca pada riset di Harvard Medical School yang menjelaskan konsep “exercise-triggered cardiac events”. Olahraga, terutama yang dilakukan tiba-tiba tanpa pemanasan atau tanpa kebugaran dasar yang cukup, dapat memicu penyempitan mendadak pembuluh darah koroner, aritmia, atau pecahnya plak kecil yang sebelumnya tidak berbahaya.
Ketika seseorang yang jarang berolahraga tiba-tiba melakukan gerakan intens seperti jump smash, tubuhnya tidak siap menghadapi lonjakan kebutuhan oksigen. Dalam istilah medis, ini disebut “supply–demand mismatch”, jantung butuh oksigen lebih banyak daripada yang bisa diberikan tubuh. Itulah kondisi yang bisa membuka pintu menuju serangan jantung mendadak.

Dilapangan, orang salah paham. Mereka merasa bulu tangkis bukan olahraga berisiko tinggi karena dimainkan di ruangan tertutup dan bolanya ringan. Padahal penelitian Korean Society of Sports Medicine menunjukkan bahwa lonjakan heart rate variability pemain bulu tangkis amatir yang intens bisa menyerupai beban fisik pemain sepak bola dalam interval sprint.
Dengan kata lain: lapangan kecil, beban besar.
Bagaimana Para Atlet Profesional Menjaga Jantung Mereka?

Perbedaan utama antara atlet dan pemain amatir bukan terletak pada teknik pukulan, tetapi pada kebiasaan dasar: pernapasan, pengelolaan intensitas, dan base cardio.
Dalam buku fisiologi olahraga yang diterbitkan oleh American College of Sports Medicine (ACSM), terdapat observasi menarik: atlet bulu tangkis elit rata-rata memiliki VO₂ max yang setara dengan pelari jarak menengah. Itu artinya, sebelum latihan teknik, mereka membangun fondasi aerobik yang kuat agar tubuh tidak “kaget” saat intensitas melonjak.
BACA JUGA: Awas Monday Blues! Lawan dengan Trik 10 Menit yang Terbukti Kembalikan Energi di Hari Senin

Bagaimana cara mereka melakukannya?
- Pernapasan Ritmis
Pemain top dunia dilatih mengatur napas berdasarkan pola langkah, bukan pukulan. Teknik ini berasal dari riset respiratory efficiency oleh Loughborough University, yang menyebutkan bahwa napas teratur dapat menurunkan beban jantung hingga 6–10% dalam olahraga intens. - Interval Pendek yang Konsisten
Atlet jarang melakukan rally panjang dalam latihan. Mereka membangun kekuatan jantung menggunakan interval 15–30 detik berulang, mirip protokol HIIT. Ini bukan untuk membuat mereka lebih kuat saja, tetapi untuk melatih jantung beradaptasi terhadap lonjakan mendadak. - Pendinginan untuk Menurunkan Adrenalin
Studi dari University of Copenhagen membuktikan bahwa pendinginan 5–10 menit membantu menurunkan hormon stres yang bisa memicu aritmia. Pemain amatir jarang melakukannya, padahal sesederhana berjalan pelan sambil menurunkan napas.

Apa yang Bisa Ditiru Masyarakat Biasa?
Tak semua orang punya pelatih fisik. Tapi masyarakat bisa mengambil pola sederhana atlet, tanpa harus menjadi atlet.

1. Pemanasan 7 Menit ala Pro
- 2 menit jalan cepat
- 2 menit mobilitas bahu, pinggul, pergelangan kaki
- 3 menit shadow footwork ringan
Riset dari University of Toronto menegaskan bahwa pemanasan menurunkan risiko kejadian kardiovaskular mendadak pada olahraga intens.

2. Napas 4–2–4
Tarik 4 detik, tahan 2, hembuskan 4.
Ini teknik yang digunakan pelatih fisik Denmark untuk meningkatkan efisiensi oksigen pemain.

3. Main 10 Menit, Istirahat 2 Menit
Gunakan prinsip HIIT. Dengan ini, tubuh tidak dipaksa bekerja di luar kapasitas. Penelitian European Journal of Preventive Cardiology menunjukkan pola interval seperti ini memperbaiki fungsi jantung pada orang usia 30–55 tahun.

4. Evaluasi Diri: Apakah Anda “Fit Enough to Smash”?
Jika Anda:
- mudah sesak,
- sering pusing,
- pernah nyeri dada,
- punya riwayat hipertensi atau kolesterol,

maka lakukan tes sederhana submaximal aerobic capacity di klinik. Cara ini umum di Eropa dan lebih murah daripada treadmill test penuh.
Jadi, Apakah Bulu Tangkis Berbahaya? Tidak. Yang berbahaya adalah bermain bulu tangkis dengan tubuh yang tidak siap.

Penelitian besar di Copenhagen City Heart Study justru menemukan bahwa bulu tangkis adalah salah satu olahraga dengan efek peningkatan harapan hidup tertinggi (rata-rata +6,2 tahun), melebihi lari dan bersepeda. Namun angka itu berlaku bagi pemain yang rutin, bukan yang bermain “dadakan” seminggu sekali lalu memaksakan smash keras.
Setiap kali seorang pemain tiba-tiba kolaps di lapangan, publik terguncang. Tapi di balik itu, sains sudah memberi jalan agar tragedi itu dapat dicegah: tubuh perlu disiapkan, jantung perlu dipelihara, dan olahraga, betapapun menyenangkan, tetaplah sebuah beban fisiologis.

Bulu tangkis bisa menjadi sahabat jantung, bukan musuhnya.
Asal kita tak melupakan satu hal sederhana yang atlet profesional selalu ingat: tubuh harus dibangun sebelum dipaksa.
Smash boleh keras, tapi persiapan harus lebih keras lagi.
Pada akhirnya, bulu tangkis bukanlah ancaman bagi jantung; kitalah yang sering mengabaikan sinyal tubuh sendiri. Lapangan yang kecil membuat kita merasa aman, padahal denyut jantung bekerja sekeras atlet lari jarak menengah. Ilmu kedokteran, dari Harvard sampai Copenhagen, telah menunjukkan bahwa serangan jantung saat olahraga bukan terjadi “tiba-tiba”, melainkan lahir dari tubuh yang tak diberi kesempatan untuk beradaptasi.

Karena itu, setiap pemain amatir sesungguhnya memegang satu keputusan penting sebelum mengangkat raket: apakah tubuhnya sudah siap? Jawaban yang jujur, dan kadang tak nyaman, di sinilah letak pencegahan dimulai. Jika Anda mudah lelah, sering pusing, punya riwayat tekanan darah tinggi, kolesterol, atau hanya merasa “ada yang berbeda” di dada saat bergerak cepat, jangan menunggu kejadian di lapangan menjadi peringatan terakhir.
Di negara-negara dengan ekosistem olahraga maju, evaluasi kardiovaskular sebelum berolahraga intens sudah menjadi kebiasaan. Tes submaksimal, pemeriksaan EKG, atau konsultasi singkat dengan dokter spesialis jantung atau dokter olahraga sering kali cukup untuk memastikan apakah Anda benar-benar “fit enough to smash”.

Bulu tangkis adalah olahraga yang memperpanjang usia, penelitian besar pun membuktikannya. Tapi usia yang panjang itu hanya diberikan kepada mereka yang menghormati tubuhnya sendiri. Sebelum mengejar shuttlecock yang jatuh di sudut lapangan, ada baiknya kita lebih dulu mengejar kepastian sederhana: apakah jantung kita siap?

Karena tidak ada smash, seindah apa pun, yang layak dibayar dengan nyawa. Jika ragu, jika ada gejala kecil yang terasa, atau jika usia dan riwayat keluarga mulai mengubah peta risiko Anda, temuilah ahli. Dokter bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk memastikan tetap pulang setelah bermain, dengan napas lega dan jantung yang masih bekerja sempurna. (Dari Berbagai Sumber)

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





