Remis Nayaka & Adit, Jodi Kalah: Babak 8 Abu Dhabi International Chess Festival 2025 Jadi Ujian Mental Pecatur Indonesia
Ludus01

LUDUS - Di ballroom mewah Hotel St. Regis, Abu Dhabi, 64 kotak papan catur seakan berubah menjadi medan ujian mental bagi tiga pecatur muda Indonesia. Lampu kristal berkilauan, denting langkah bidak terdengar lirih, namun tekanan yang mereka rasakan lebih berat daripada cahaya ruangan. Seusai partai, IM Aditya Bagus Arfan (2391) sempat mengambil ponselnya, menyalakan kamera, dan melakukan video call ke keluarga di tanah air. Ada keteguhan yang ia laporkan: hasil hari itu bukan kemenangan, melainkan setengah angka yang diselamatkan dari posisi sulit.

Foto/Kristianus Liem
Kemarin, Sabtu (23/8/25), catur tak sepenuhnya menghadirkan kabar manis bagi Indonesia. Ada wajah yang lega karena selamat dari tekanan, ada pula wajah yang tertunduk karena langkah salah di momen krusial. Seperti kisah klasik di papan 64 kotak: kemenangan, kekalahan, dan perjuangan untuk bertahan, semua hadir dalam satu babak Babak kedelapan 31st Abu Dhabi International Chess Festival, Sabtu (23/8), menghadirkan drama yang tak selalu manis.

Foto/Kristianus Liem
IM Nayaka Budhidharma (2389) masih bisa menahan imbang pecatur India, Advaith Vemula Vignesh (2441). Pertarungan 54 langkah dalam pertahanan Sicilia variasi Taimanov itu berjalan berimbang dari awal hingga akhir, seperti duel cermin yang sama-sama enggan pecah.
Namun kisah berbeda dialami IM Aditya Bagus Arfan (2391). Dari pembukaan Inggris variasi Neo-Catalan, ia sudah tertinggal satu bidak sejak langkah ke-11. Sepasang gajahnya memang indah, tapi dibebani struktur bidak tumpuk di a2 dan a3. Hampir sepanjang laga ia menahan rasa tertekan. Baru pada langkah ke-44 bidaknya kembali seimbang, meski endgame sudah tak menjanjikan banyak hal. Hasil imbang akhirnya datang di langkah ke-55, remis yang lebih terasa sebagai penyelamatan daripada pembagian angka.

Foto/Kristianus Liem
Sementara itu, IM Azarya Jodi Setyaki (2331) harus mengakui keunggulan pecatur Azerbaijan Shiroghlan Talibov (2410). Pada posisi yang menjanjikan, langkah ke-15 justru menjadi titik belok. Alih-alih f5 atau Me2, ia memilih Me1. Tekanan balik Talibov pun mengalir deras. Satu bidak jatuh di langkah 37, satu lagi di langkah 49. Hingga akhir, gajah belang Jodi tak kuasa menahan laju tiga bidak lawan yang berpencar di lajur h, g, dan a. Ia menyerah di langkah ke-60.

Foto/Kristianus Liem
Dari papan skor, perjalanan mereka belum buruk. Nayaka mengantongi 4,5 poin (2 kemenangan, 5 remis, 1 kalah). Adit dan Jodi sama-sama mengoleksi 4 poin (3 kemenangan, 2 remis, 3 kalah). Tetapi lebih dari angka, pengalaman yang mereka dapat adalah modal masa depan.
“Pertandingan seperti ini membentuk mereka,” kata Kristianus Liem, manajer tim, yang juga Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi. “Bukan cuma soal teknik, tapi soal bagaimana mereka tetap tenang ketika posisi terjepit. Itu kualitas yang akan membuat mereka matang.”

Babak berikutnya, Minggu (24/8), sudah menunggu. Lawan-lawan tangguh kembali menghadang: IM Svyatoslav Bazakutsa (2481, Ukraina) bagi Nayaka, IM Michael Concio Jr (2421, Filipina) bagi Jodi, dan FM Sergey Sklokin (2323, Rusia) bagi Adit.
Di Abu Dhabi, tiga pecatur muda itu belajar bahwa catur bukan sekadar menang atau kalah. Setiap langkah yang tampak kecil, sebuah kuda maju, bidak tertukar, membawa konsekuensi panjang. Sama seperti hidup yang berjalan dari keputusan-keputusan sederhana, namun berdampak jauh ke depan. Kemenangan bisa ditunda, tapi keberanian menghadapi tekanan hari ini akan menyiapkan mereka untuk panggung yang lebih besar.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!