Saburai Punya Penjaga Baru: Bhayangkara Presisi Lampung FC Resmi Bermarkas di Bandar Lampung
Ludus01

LUDUS - Hujan jatuh deras malam itu di Stadion Sumpah Pemuda, Way Halim. Tapi langit seperti tak kuasa membendung gegap gempita para pendukung yang datang dengan semangat membuncah: elBhara, sebutan suporter Bhayangkara Presisi Lampung FC, bersorak meski jas hujan membasahi tubuh dan suara mereka nyaris tenggelam dalam gemuruh musik pembukaan.

Foto/Humas Kemenpora
Senin malam, 28 Juli 2025, Bandar Lampung tak hanya menjadi saksi peluncuran tim, jersey, dan suporter baru. Kota ini secara simbolik diangkat menjadi rumah baru bagi Bhayangkara FC, klub yang pernah menjuarai Liga 1 Indonesia tahun 2017. Klub yang dimiliki oleh Polri ini kini menjelma menjadi Bhayangkara Presisi Lampung FC, penjaga baru sepak bola Saburai, sebutan khas untuk Lampung.
Peluncuran berlangsung megah. Dari tribun utama, para tokoh berdiri sejajar: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal, Kakorlantas Irjen Agus Suryonugroho yang juga menjabat CEO klub, serta Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo. Dalam balutan pakaian serba hitam, Menpora ikut menyaksikan momen ketika prasasti peresmian ditandatangani dan tombol peluncuran ditekan bersama-sama. Seketika, sorotan lampu dan kembang api mengguyur stadion yang kini sah menjadi markas Bhayangkara Presisi Lampung FC.

Foto/Humas Kemenpora
“Melalui peresmian ini, dunia sepak bola Indonesia akan tahu: ada kekuatan baru di ujung selatan Sumatra,” ujar Gubernur Rahmat dengan nada percaya diri. Ia tahu, Lampung selama ini hanya menjadi penonton liga tertinggi. Kini, provinsi ini punya wakil sendiri di kasta elit sepak bola nasional.
Lebih dari sekadar nama baru, kehadiran Bhayangkara Presisi Lampung FC menyalakan harapan lama: agar anak-anak muda dari lapangan-lapangan kecil di pelosok Lampung bisa bermimpi lebih tinggi. “Semoga kelak ada pemain lokal yang lahir dari sini dan membela Timnas Indonesia,” kata Gubernur.

Foto/Humas Kemenpora
Satu per satu, profil klub ditampilkan dalam layar besar. Penonton diajak menyaksikan riwayat panjang Bhayangkara FC, dari stadion ke stadion, dari nama ke nama, dari status sebagai "klub milik institusi" hingga kini menancapkan bendera di tanah Sai Bumi Ruwa Jurai.
Pelatih kepala Paul Munster diperkenalkan di panggung utama. Begitu pula sang kapten Awan Setho, kiper utama yang tetap setia dalam berbagai peralihan wajah tim. Jersey kuning cerah dikenakan dengan bangga, menandakan semangat baru di bawah langit Lampung.

Foto/Humas Kemenpora
Tim ini tak hanya datang membawa harapan prestasi. Ia datang membawa identitas baru, dan mungkin juga membuka lembaran hubungan yang lebih dalam antara olahraga dan publik. Karena tak semua klub di negeri ini bisa sekaligus menghidupkan simbol kedaerahan dan institusi negara dalam satu panggung yang sama.
Dan malam itu, di tengah hujan dan sorak-sorai, stadion yang dinamai dari ikrar paling penting dalam sejarah Indonesia, Sumpah Pemuda, kembali menemukan rohnya: persatuan dalam perbedaan, lewat sepak bola.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!