Solo Jadi Panggung Dunia: 17 Negara Bertarung di Para Fencing World Cup 2025

Ludus01

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi

LUDUS - Deru roda kursi akan segera melintasi lantai kayu GOR Indoor Manahan, Solo. Dari balik masker pelindung, mata-mata tajam atlet anggar kursi roda dunia tengah bersiap mengadu strategi, mencari celah sekecil apa pun untuk menggoreskan poin. Kota budaya ini, yang biasanya dikenal dengan gamelan dan keraton, untuk pertama kalinya menjelma menjadi panggung pertarungan kelas dunia: Para Fencing World Cup 2025, yang berlangsung 15–18 September.

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi


Sebanyak 17 negara hadir, membawa kebanggaan sekaligus harapan. Dari benua Eropa hadir Prancis, Georgia, Jerman, Polandia, Spanyol, Latvia, dan Britania Raya. Dari Asia, ada Korea Selatan, Jepang, India, Irak, Thailand, Hong Kong, dan tentu tuan rumah Indonesia. Sementara dari belahan dunia lain, atlet dari Australia, Amerika Serikat, hingga Argentina turut serta. Total, 66 atlet dan 47 ofisial sudah mendarat di Solo sejak Jumat (12/9/25), membawa warna multikultural ke kota yang akrab dengan sebutan “The Spirit of Java” itu.

“Persaingannya sudah pasti sangat ketat karena ada atlet-atlet yang pernah bertanding di Paralimpiade, terutama yang datang dari Thailand dan Spanyol,” ujar Andhica Harfie Herawan, Competition Manager Para Fencing World Cup Solo 2025, Sabtu (13/9/25).
Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi

Nama-nama besar memang bertebaran di daftar peserta. Ada Saysunee Jana, bintang Thailand yang membuat dunia tercengang di Paralimpiade Paris 2024 dengan torehan tiga medali emas. Ada pula Maurice Schmidt dari Jerman, peraih emas sabre individual putra, serta Zainulabdeen Al-Madhkhoori dari Irak, peraih perak di nomor beregu epee putra. Dari Georgia, hadir Nino Tibilashvili, sementara Judith Rodriguez Menendez dari Spanyol datang dengan status peraih perunggu Paralimpiade.

Di balik gemerlap nama, ada pula cerita personal penuh ambisi. Sam Blade, atlet asal Australia, menjalani latihan empat hari dalam sepekan, masing-masing selama empat jam. Ia punya mimpi sederhana namun penuh arti: menembus peringkat 30 besar dunia.

“Target personal saya bisa masuk 30 besar. Jika tercapai, itu akan jadi pencapaian terbaik saya. Setelah dari Solo, saya juga akan tampil di kejuaraan di Thailand bulan November nanti,” kata Sam, usai latihan di GOR Indoor Manahan.

Tapi Solo tak hanya tentang arena. Sam dan rombongan Australia merasakan atmosfer kota yang hangat. “Saya sangat tertarik dengan kota ini. Setelah ini, jika ada waktu, saya ingin berkeliling di sini,” ujarnya dengan senyum yang menyiratkan rasa penasaran pada sisi lain Solo di luar arena.

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi

Di tengah persaingan sengit, penyelenggaraan pun berproses menuju matang. 80 persen persiapan sudah rampung, mulai dari venue, transportasi, hingga akomodasi. Para atlet juga diberi kesempatan untuk menjalani latihan di venue, bahkan klasifikasi atlet baru dibuka bagi mereka yang baru pertama kali mencicipi panggung besar Para Fencing World Cup.

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi

Tak berlebihan jika Solo kali ini menjadi episentrum olahraga inklusif dunia. Di sini, 66 atlet dari 17 negara bukan hanya memperebutkan medali dari 15 nomor pertandingan, tetapi juga menghidupkan pesan lebih besar: bahwa sportivitas dan semangat tak pernah mengenal batas fisik.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!