Solo Jadi Panggung Para Juara: Atlet Indonesia Tak Sabar Hadapi Kejuaraan Dunia Anggar Kursi Roda 2025
Ludus01


Di GOR Indoor Manahan, Solo, sepuluh atlet anggar kursi roda Indonesia bersiap menghadapi tantangan terbesar dalam karier mereka: beradu strategi, kecepatan, dan keberanian melawan para juara dunia. Dari wajah-wajah baru yang menapaki pengalaman internasional pertama, hingga atlet berpengalaman yang pernah berlaga di Asian Para Games 2018, semua menatap satu tujuan: menjadikan Solo sebagai panggung pembuktian!

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi
LUDUS - Di Kota Solo, detak persiapan tak hanya terdengar di arena sepak bola atau gelanggang bulu tangkis. Di GOR Indoor Manahan, senin depan, kursi roda-kursi roda akan beradu gesit, pedang berkilat di udara, dan teriakan semangat membelah ruangan. Untuk pertama kalinya, Indonesia menjadi tuan rumah ajang bergengsi Para Fencing World Cup 2025, yang akan digelar mulai 15 hingga 18 September mendatang.
Bagi tim anggar kursi roda Indonesia, kesempatan ini bukan sekadar agenda kalender olahraga. “Kita sangat senang dengan adanya kejuaraan dunia di Solo ini karena bisa menjadi panggung untuk para atlet agar mendapatkan jam terbang,” kata pelatih Firman Raflesio, Kamis (11/9/25).

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi
Indonesia menurunkan sepuluh nama: Alika Shalshabilah, Sri Lestari, Dwi Lestari, Angga Budi Prasetyo, Akhmad Saidah, Didit Diantoro, Taufiq Rahman, Ryo Affandi, Tutik Yumiati, dan Aditya Hidayat. Dari daftar itu, hanya Sri Lestari dan Akhmad Saidah yang pernah merasakan ketatnya panggung internasional, keduanya tampil di Asian Para Games 2018.
Sisanya, mayoritas adalah wajah baru yang baru saja mencicipi atmosfer Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII 2024. Sepekan terakhir, mereka digembleng di pemusatan latihan di Solo, mencoba mengejar ketertinggalan jam terbang sebelum berhadapan dengan para jagoan dunia.

Firman sadar betul betapa beratnya persaingan nanti. Sebab lawan yang datang ke Solo bukan sembarang nama: mereka adalah para petarung yang baru turun dari panggung Paralimpiade Paris 2024. “Kita berharap bisa mendapatkan poin di kejuaraan ini, syukur-syukur bisa meraih medali, karena ini event dunia. Jadi, pada dasarnya kejuaraan ini menjadi langkah pertama kita menuju ASEAN Para Games,” ujarnya.

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi
Di tengah sorotan itu, cerita tentang Taufiq Rahman menarik untuk disimak. Atlet asal Kebumen ini bukanlah pendatang lama di dunia anggar kursi roda. Sebelum 2024, ia justru berkutat di cabang atletik kategori lempar. Namun dua medali emas di Peparnas XVII 2024 mengubah jalan hidupnya. Dari gelanggang lempar ia beralih ke anggar kursi roda, dan kini bersiap melawan dunia.
“Saya sangat senang bisa bergabung di pemusatan latihan dan sekarang bertambah semangat karena kejuaraan ini akan menjadi momen pertama saya bertanding di level internasional,” kata Taufiq.

Foto/NPC Indonesia/Agung Wahyudi
Sejak Februari, ia berlatih intens bersama tim anggar kursi roda Jawa Tengah, bahkan sebelum dipanggil memperkuat tim nasional. Kini, di Solo, tekadnya hanya satu: menantang batas diri. “Saya ingin mencari pengalaman di kejuaraan ini dan berusaha melaju sejauh mungkin, karena saya juga belum pernah berhadapan dengan atlet-atlet dunia,” tutur Taufiq, mantap.
Gelora para atlet ini membuat Para Fencing World Cup 2025 lebih dari sekadar kompetisi. Ia adalah ruang pembuktian, tempat wajah-wajah baru mencoba menorehkan jejak, dan panggung di mana kursi roda bukan sekadar alat, melainkan kendaraan menuju mimpi yang lebih jauh: ASEAN Para Games 2025.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!