Tangis Kanaka, Senyum Jendi Pangabean: Ketika Juara Menjadi Ayah dan Ibu

Ludus01

LUDUS - Di lintasan renang, Jendi Pangabean terbiasa menyentuh dinding kolam lebih dulu. Ia mengejar waktu, memecah rekor, dan mengangkat nama Indonesia dengan segala daya yang ia punya. Tapi pada suatu dini hari yang sunyi di pertengahan Juli 2025, ia menyentuh sesuatu yang jauh lebih dalam: rasa syukur menjadi seorang ayah.

Kamis (17 Juli 2025), tepat pukul 2 pagi, di Rumah Sakit JIH Surakarta, suara tangis seorang bayi laki-laki memecah malam. Bayi itu lahir dari rahim Hana Resti, sang istri, yang juga seorang atlet para tenis meja nasional. Proses persalinan ditangani oleh dr. Bhima Suryantara dan berjalan lancar. Sang bayi diberi nama: Kanaka Nadi Pangabean.

Jendi berdiri tak jauh dari ranjang, menyaksikan semuanya dengan dada yang nyaris meledak oleh rasa haru. Saat tangisan pertama Kanaka terdengar, ia merasa seperti baru saja berteriak di dalam air, menyentuh dinding kolam lebih dulu, dan memenangkan medali emas, bukan untuk bangsa, tapi untuk hidupnya sendiri. Medali itu tak tergantung di leher, tapi hadir dalam wujud seorang bayi mungil yang mengubah segalanya.

Foto/Dokpri

Foto/Dokpri

“Wah seneng, Mas. Kebahagiaan yang nggak ternilai sih,” kata Jendi, nyaris tak bisa menyembunyikan senyum. “Apalagi di usia yang sudah lumayan matang, karena kami benar-benar sudah mempersiapkan ini dari lama.”

Kanaka, dalam bahasa Sanskerta, berarti emas. Nama itu seperti pantulan hidup Jendi sendiri, seorang atlet yang telah mempersembahkan banyak medali emas bagi negeri ini. Tapi kali ini, emas itu bukan tergantung di lehernya, melainkan terbaring mungil di pelukannya.

Kisah Jendi dan Hana dimulai sejak 2013, ketika keduanya pertama kali bertemu di pelatnas. Cinta itu tumbuh perlahan di sela keringat latihan dan jadwal padat kejuaraan. Mereka saling menyemangati, memahami ritme perjuangan masing-masing, dan tetap bertahan dalam jalinan panjang selama lebih dari sepuluh tahun.

Hingga akhirnya, pada 19 Oktober 2024 di Jayapura, mereka mengikat janji pernikahan, bukan sebagai dua atlet saja, tapi sebagai dua sahabat seperjuangan yang telah berjalan bersama jauh sebelum sorot lampu dan tepuk tangan datang.

Kini, mereka menapaki medan baru yang tak pernah diajarkan dalam pelatnas: menjadi ayah dan ibu.

“Belum ada sih, Mas, mimpi atau rencana besar untuk ke depan,” lanjut Jendi ketika ditanya soal harapannya untuk Kanaka. “Sekarang fokus membesarkannya aja dulu. Nikmati masa-masa newborn sampai nanti besar. Yang penting dia sehat, jadi anak yang baik.”

Dan apakah Kanaka akan diarahkan menjadi atlet seperti kedua orang tuanya?

“Wah, kalau itu terserah dia, Mas,” katanya kepada LUDUS.ID. Kalimat bahagia yang tak bisa disembunyikan Jendi. “Kami nggak mengharuskan ngikuti jejak orang tuanya. Yang penting dia mandiri nantinya.”

Jendi Pangabean bukan nama baru di dunia olahraga. Ia adalah ikon para renang Indonesia, tangguh, tenang, dan nyaris selalu menjadi andalan. Di sepanjang kariernya, ia telah mempersembahkan lebih dari 30 medali emas ASEAN Para Games, termasuk 4 emas di ASEAN Para Games 2022 dan 6 emas di edisi 2023. Ia juga meraih medali emas di Asian Para Games 2018 dan Hangzhou 2023, serta perak dan perunggu di edisi 2022. Puncaknya, ia tampil membela Merah Putih di Paralympic Games.

Hana Resti pun bukan sosok biasa. Atlet para tenis meja nasional ini pernah menyumbangkan medali emas beregu putri di ASEAN Para Games 2022 di Solo, serta tampil konsisten sebagai pilar tim Indonesia di berbagai kejuaraan internasional. Ia dikenal sebagai atlet dengan gaya permainan cepat dan daya juang tinggi, bermain dengan satu tangan, dengan teknik dan keberanian yang tak biasa di meja pertandingan.

Mereka bukan hanya pasangan di luar arena, tapi sama-sama juara di medan masing-masing. Kini, dua jiwa yang ditempa disiplin dan prestasi itu mengalihkan energi mereka pada satu hal: membesarkan Kanaka.

“Dulu saya berenang untuk bangsa. Sekarang, saya juga berenang untuk anak saya,” ucap Jendi. “Saya ingin dia tahu bahwa ayahnya pernah menyentuh dinding kolam dengan segenap napas dan harapan. Juga ibunya.”

Kini, setiap kali masuk ke kolam, ada nama baru yang menyemangatinya dari kejauhan: Kanaka. Seorang bayi yang belum mengerti arti emas, tapi telah menjadi emas dalam hidup dua manusia yang saling mencinta, saling menguatkan, dan kini saling merawat kehidupan baru.

Karena menjadi juara sejati, pada akhirnya, bukan hanya soal siapa tercepat atau paling kuat. Tapi siapa yang mampu memberi cinta, hadir penuh, dan menciptakan dunia yang aman untuk anaknya bertumbuh.

Dan di sanalah Jendi Pangabean dan Hana Resti kini berdiri, tak lagi hanya sebagai atlet nasional, yang mempersembahkan ratusan keping medali untuk bangsanya, tapi sebagai ayah dan ibu. Tetap juara, tapi dengan podium yang berbeda, lebih lembut, dan jauh lebih bermakna.

“Jendi Pangabean menangis diam-diam ketika anaknya lahir. Bukan karena lelah. Tapi karena inilah podium paling penting dalam hidupnya…”

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!