Utut Adianto Buka Rakernas Percasi ke-45: Dari Kejurnas Mamuju Menuju Banten 2026, Ketika Catur Bukan Sekadar Papan dan Bidak

Akhmad Sef

Foto/PB Percasi

LUDUS - Di sebuah hotel di jantung Mamuju, Sulawesi Barat, pada 8 November 2025, puluhan pengurus catur dari berbagai provinsi berkumpul. Di ruang sidang yang penuh semangat itu, Rakernas Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) ke-45 berlangsung bersamaan dengan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Catur ke-50, sebuah momentum yang menandai bukan hanya tradisi panjang olahraga berpikir ini, tetapi juga daya hidupnya yang tak kunjung padam di negeri kepulauan ini.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Ketua Umum PB Percasi, Grandmaster Utut Adianto, memimpin sidang dengan wajah tenang, sesekali menatap barisan pengurus daerah yang datang dari jauh. Dalam nada yang reflektif ia berkata, “Menjadi pengurus catur itu tidak hanya harus memiliki kecintaan penuh, tetapi juga siap bersinergi untuk kemajuan catur di daerahnya masing-masing.” Di balik kalimatnya yang sederhana, tersirat kesadaran: mengurus catur berarti menjaga api kecil agar tak padam, di tengah angin keras dinamika olahraga nasional.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Tema Rakernas kali ini: “Menguatkan Sinergi dan Kemandirian dalam Meraih Prestasi”, terdengar seperti mantra bagi organisasi yang sejak lama hidup dari dedikasi. Sebanyak 28 Pengprov Percasi dari seluruh Indonesia hadir, hampir semuanya menyampaikan pandangan, saran, dan pertanyaan dalam sesi pemandangan umum. Di ruang itu, catur tidak lagi hanya berbicara soal strategi di papan 64 kotak, melainkan juga strategi membangun masa depan olahraga yang sunyi tapi setia ini.

Dari pertemuan itu lahir keputusan penting: Provinsi Banten terpilih secara mufakat menjadi tuan rumah Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Catur 2026. Lima provinsi, Bali, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Barat, yang semula mengajukan diri, bermusyawarah hingga mencapai kesepakatan yang elegan. Sebuah pelajaran kecil tentang sportivitas, sebelum bidak pertama pun digerakkan di atas papan.

Selain itu, Rakernas juga menetapkan Musyawarah Nasional Percasi akan digelar pada Maret 2026, untuk memilih Ketua Umum PB Percasi periode berikutnya. Utut Adianto, yang menutup sidang dengan kalimat tenang, mengingatkan kembali hal mendasar: mengelola organisasi olahraga harus taat pada aturan, pada AD/ART, sebagaimana pecatur taat pada aturan gerak tiap bidak. Dalam catur, seperti halnya hidup, disiplin adalah bentuk tertinggi dari kebebasan.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Sementara di luar ruang sidang, Kejurnas Catur ke-50 tengah bergulir. Sejak edisi pertama di Tegal tahun 1953, yang hanya diikuti dua belas pecatur, perjalanan panjang ini kini mencapai titik bersejarah di Mamuju, Sulawesi Barat. Tahun ini hampir 600 pemain dari 30 provinsi bersaing dalam ajang yang menjadi cermin perkembangan catur Indonesia.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Kejurnas dibuka secara resmi di Mamuju Town Square (Matos) oleh Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Mayjen TNI (Purn) Salim S. Mengga, mewakili Gubernur. Dalam sambutannya, Gubernur menyampaikan terima kasih kepada PB Percasi atas kepercayaan yang diberikan. “Kemenangan sejati bukan hanya soal hasil di papan catur, tapi juga semangat persaudaraan yang tumbuh dari ajang ini,” katanya, sebuah kalimat yang menghangatkan malam pembukaan, menegaskan bahwa olahraga ini pun memiliki denyut kemanusiaan yang lembut.

Bagi Ketua Percasi Sulawesi Barat, Muhammad Jayadi, momen ini menjadi babak baru dalam sejarah olahraga daerahnya. “Ini sejarah baru bagi kami. Untuk pertama kalinya Sulbar menjadi tuan rumah Kejurnas Catur, dan kami berkomitmen memberikan penyelenggaraan terbaik bagi seluruh kontingen,” ujarnya. Mamuju, yang mungkin belum lama dikenal di peta besar olahraga nasional, kini menandai dirinya sebagai simpul baru dalam jejaring panjang perjalanan catur Indonesia.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

GM Utut Adianto, yang telah menyaksikan naik-turunnya catur Indonesia sejak masa mudanya sebagai pecatur, menatap peristiwa ini dengan pandangan historis. “Dulu Kejurnas hanya diikuti 12 pecatur, kini setelah 50 tahun, pesertanya mencapai 600 atlet dari 30 provinsi. Ini bukti nyata bahwa catur Indonesia terus berkembang dan semakin dicintai,” ujarnya.

Utut tahu benar bahwa catur tidak pernah tumbuh dari kilau medali, melainkan dari ketekunan yang nyaris asketik. “Bakat itu penting,” katanya lagi, “tapi pembinaan yang konsisten jauh lebih menentukan. Di mana ada anak berbakat, harus ada pelatih yang mendampingi secara terus-menerus.”

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Dan mungkin di situ letak makna terdalam dari Rakernas dan Kejurnas yang digelar bersamaan ini: antara rencana dan realisasi, antara meja sidang dan papan catur, ada kesadaran bahwa kemajuan bukan datang dari keajaiban, melainkan dari kontinuitas, dari kesetiaan yang tak pernah bosan menyiapkan masa depan.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Pertandingan Kejurnas Catur ke-50 akan berlangsung dari 8 hingga 13 November 2025. Di Mamuju yang hangat itu, para pecatur muda dan senior saling berhadapan dalam keheningan khas permainan pikiran. Sementara di ruangan lain, para pengurus menulis arah masa depan organisasi. Dua ruang yang berbeda, namun digerakkan oleh semangat yang sama: cinta yang diam-diam, tapi teguh, kepada catur, kepada negeri.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!