Yayuk Basuki Soroti Penampilan Janice Tjen di US Open 2025: Pelajaran dari Kekalahan Lawan Raducanu

Ludus01

LUDUS - Adrenalin Janice Tjen memuncak begitu bola pertama mengudara. Debutnya di US Open 2025 langsung menghadapkan dia pada tantangan besar: juara US Open 2021 asal Inggris, Emma Raducanu. Dalam 60 menit pertandingan, setiap pukulan, setiap servis, terasa seperti pelajaran hidup yang menekan namun menyalakan semangat. Skor akhir 6-2, 6-1 memang menunjukkan kemenangan Raducanu, tapi bagi Janice, pengalaman ini jauh lebih penting daripada angka di papan skor.

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Raducanu, peringkat dunia No. 36, menampilkan katalog pukulan tajam, servis presisi (37 dari 47 servis pertama masuk), dan pengembalian berulang yang menekan Janice di belakang baseline. Ace demi ace menghantam sisi forehand Janice, menegaskan pengalaman dan strategi matang sang juara. Musim panas ini, Raducanu terus membangun keyakinan dan momentum; di turnamen sebelumnya, ia hanya kehilangan tiga game ketika mengalahkan Ena Shibahara dari Jepang, kemenangan pertamanya di US Open sejak merebut gelar di Arthur Ashe Stadium empat tahun lalu.

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Sejak memasuki rangkaian hard court Amerika Utara, Raducanu mencapai semifinal WTA pertama sejak US Open 2021 di Washington, melaju ke babak ketiga di Montreal, dan melanjutkan ke Cincinnati. Di Cincinnati, pemain Inggris berusia 22 tahun ini menekan peringkat 1 dunia, Aryna Sabalenka, hingga tiebreak set ketiga dalam laga maraton selama tiga jam 20 menit. Semua pengalaman itu membuatnya kini bisa bermain lebih bebas di New York, dengan keyakinan dan ketepatan pukulan yang terus berkembang, Raducanu sekarang memiliki rekor 6-6 di babak kedua Grand Slam.

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Janice, yang tumbuh mengidolakan Ash Barty, beberapa kali bergerak seperti Barty untuk melakukan forehand inside-out, tetapi tetap terseret irama lawan.

“Raducanu lebih siap dan matang. Pintar pelatihnya memberi masukan dan analisa yang tepat. Sayang Janice tidak bisa mengembangkan permainan yang seharusnya, jangan mengikuti irama lawan,” komentar legenda tenis Indonesia, Yayuk Basuki.

Meski kalah, Janice mendapatkan pengalaman berharga. “Good experience dan modal yang bagus buat langkah selanjutnya. Keep it up,” lanjut Yayuk, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Indonesian Olympians Association (IOA). “Waktu saya bermain, ekspektasi masyarakat begitu besar. Banyak tekanan, tapi saya jadikan motivasi karena apapun hasilnya, masyarakat ada di belakang kita. Banyak pelajaran di sana.”

Kata-kata Yayuk menegaskan bahwa tekanan dan ekspektasi bukan hanya tantangan, tetapi juga kesempatan belajar. Bagi seorang atlet, setiap pertandingan adalah sekolah kehidupan; kekalahan bukan akhir, melainkan momen untuk memahami strategi, mental, dan adaptasi.

Pengalaman Janice menghadapi juara seperti Raducanu di Grand Slam bisa menjadi fondasi mental dan teknis untuk pertumbuhan kariernya, sama seperti Yayuk yang dulu mengubah tekanan menjadi motivasi dan pelajaran berharga.

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Sementara Raducanu menutup set pertama dan kedua dengan cepat, Janice tetap menunjukkan kualitasnya: gerakan cepat, slice backhand, dan kemampuan menutupi net yang impresif. Namun, strategi Raducanu, dari servis yang kuat, pengembalian presisi, hingga langkah maju di setiap rally, menjadi tembok yang sulit ditembus.

Raducanu sendiri menegaskan setelah pertandingan bahwa ia puas dengan performanya. “Saya senang dengan permainan saya hari ini. Janice lawan yang berbahaya dan bermain sangat baik,” ujarnya. “Saya melakukan yang terbaik setiap hari, dan menaruh kepercayaan pada kerja keras di balik layar. Sedikit tekanan tetap ada, tapi saya mencoba memanfaatkannya sebaik mungkin," mengutip dari usopen.org.

Ditanya kemungkinan menghadapi unggulan No. 9, Elena Rybakina, atau prodigi remaja Tereza Valentova di babak 32 besar, Raducanu mengakui bahwa ia ingin melihat bagaimana permainannya cocok melawan pemain top. “Elena berbeda. Dia mengalahkan Aryna straight sets di Cincinnati. Ini akan menjadi pertandingan sulit jika dia menang hari ini. Kita lihat hasilnya nanti,” katanya, menekankan fokus dan kesiapan mentalnya menghadapi lawan-lawan elite.

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

“Kenapa saya bilang pelatih lawan lebih tahu? Dia menganalisis dengan baik. Buktinya beberapa kali Janice kena ace di sisi forehand. Pelatih Raducanu kan Francisco Roig, timnya Rafael Nadal dan bekas pemain era-ku,” kata Yayuk.

Suaranya sepertinya tenang, tapi penuh keyakinan, seolah setiap kata adalah catatan untuk Janice, bukan sekadar komentar. “Ke depan, menurut saya, Janice akan bagus. Dia bisa lebih bagus dari petenis Filipina Alexandra Eala. Prospektif. Gaya permainannya unik, hanya perlu adaptasi dan arahan pelatih karena dia masih asing di tur.”

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Mendengar itu, terasa jelas bagaimana pengalaman dan mata tajam seorang legenda menjadi peta untuk perjalanan atlet muda. Setiap ace yang menghantam sisi forehand Janice bukan hanya angka di papan skor, tapi juga pelajaran hidup: soal membaca lawan, menjaga ritme permainan sendiri, dan percaya bahwa gaya yang unik bisa menjadi keunggulan.

Foto/Instagram/Yayuk Basuki

Foto/Instagram/Yayuk Basuki

Kata-kata ikon tenis Indonesia ini mengalir, mengingatkan bahwa tur profesional yang dilakukan Yayuk Basuki, bukan hanya tentang menang dan kalah, tapi tentang bagaimana seorang atlet belajar, beradaptasi, dan menyiapkan diri untuk babak berikutnya.

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

Foto/usopen.org/Brad Penner/USTA

US Open 2025 bukan sekadar kekalahan bagi Janice Tjen. Ini adalah arena latihan hidup di level tertinggi, tempat mimpi, tekanan, dan realitas bertemu. Setiap pukulan, setiap servis, dan setiap ace yang ia hadapi menjadi bekal untuk babak berikutnya. Sebuah perjalanan panjang baru saja dimulai, dengan potensi yang menjanjikan bagi masa depan tenis Indonesia.

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!