Abu Dhabi International Chess Festival 2025: Awal Gemilang Tiga Pecatur Muda Indonesia di Panggung Master
Ludus01

LUDUS - Abu Dhabi, kota yang berkilau di tepi Teluk Persia, kembali menjadi panggung catur dunia. Festival catur tahunan Abu Dhabi International Chess Festival memasuki usia ke-31 pada 2025, namun semaraknya tak pernah memudar. Di bawah dukungan penuh Sheikh Nahyan bin Zayed Al Nahyan, Ketua Abu Dhabi Sports Council, festival ini hadir bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi laboratorium strategis bagi para pecatur muda yang haus prestasi dan pengalaman internasional.

Foto/Mychess.Events
Dari 15 hingga 24 Agustus 2025, Hotel Radisson Blu menjadi markas perang 64 petak. 201 peserta dari 45 negara menumpahkan strategi, kesabaran, dan ambisi dalam 27 nomor pertandingan. Sorotan terbesar tentu pada kategori Turnamen Master, eksklusif untuk pemain dengan rating 2300 ELO ke atas, dengan total hadiah 55.000 USD yang siap menanti sang pemenang.
Indonesia menurunkan tiga pecatur muda yang kini menjadi pusat perhatian: IM Aditya Bagus Arfan (2391), IM Nayaka Budhidarma (2389), keduanya 19 tahun, dan IM Azarya Jodi Setyaki (2331), 27 tahun. Mereka bukan sekadar peserta; mereka adalah mimpi yang bergerak di antara kotak hitam-putih.

IM Aditya Bagus Arfan vs FM Akram Khoder dari Lebanon. Foto/Kristianus Liem
Adit, unggulan 94, didukung penuh oleh PT United Tractors, telah menorehkan dua norma GM. Nayaka, unggulan 94 juga, masih menunggu norma GM pertamanya. Sedangkan Jodi, unggulan 141, telah merasakan satu norma GM. Dari 201 peserta, 196 bergelar, dan 29 di antaranya Grandmaster, sementara hanya lima peserta yang datang tanpa gelar. Bagi para pemburu norma, ini adalah panggung impian.
Pada malam pembukaan, Jumat (15/8), papan pertama menanti: Adit melawan FM Akram Khoder (2237, Lebanon), Nayaka menantang CM Kushagra Jain (2224, India), dan Jodi menghadapi IM Dau Khuong Duy (2462, Vietnam).
Di sisi lain, Kristianus Liem, manajer tim sekaligus Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi (Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia), menatap ketiganya dengan mata penuh harap:

Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi bersama IM Aditya Bagus Arfan. Foto/Istimewa
"Kami menaruh harapan besar pada Adit, Nayaka, dan Jodi, tapi lebih dari itu, ini soal proses. Abu Dhabi adalah kelas dunia—di sini mereka belajar membaca lawan, menahan emosi, dan merancang strategi. Kemenangan penting, tapi pengalaman dan kedewasaan mental jauh lebih berharga."
Di balik papan, setiap ketukan jam dan langkah pion membawa ketegangan yang tak tertahankan. Adit memikirkan posisi lawannya, membayangkan setiap skenario. Nayaka, mencoba menenangkan diri. Jodi, yang lebih berpengalaman, mengulang strategi yang pernah menuntunnya ke norma GM sebelumnya, tetapi hatinya tetap waspada.
Hasil babak pertama membawa angin segar: Adit menang atas Khoder, Nayaka menundukkan Jain, dan Jodi berhasil menahan remis Dau Khuong Duy. Sebuah pembuka yang menandakan kesiapan mereka menghadapi tantangan berikutnya.

IM Azarya Jodi Setyaki vs IM Dau Khuong Duy. Foto/Kristianus Liem
Sabtu (16/8), babak kedua menghadirkan lawan-lawan yang lebih tangguh: Adit berhadapan IM Svyatoslav Bazakutsa (2481, Ukraina), Nayaka menghadapi IM Md Imran (2478, India), dan Jodi menantang GM Sandipan Chanda (2482, India). Setiap gerakan tak lagi soal kemenangan semata, melainkan soal membaca niat lawan, menjaga konsentrasi, dan menahan napas di tengah tekanan jam yang terus berjalan.
Di sela babak, Kristianus Liem menambahkan: "Kami tahu ini berat, tapi ini adalah ujian. Mereka harus belajar bahwa setiap langkah, setiap pion yang jatuh, adalah pelajaran. Pengalaman seperti ini akan menjadi fondasi untuk karier mereka, bukan sekadar medali atau norma GM."

Turnamen ini menggunakan sistem Swiss 9 ronde, dengan durasi 90 menit per pemain plus 30 detik tambahan tiap langkah, dan toleransi 15 menit. Panitia bahkan menyediakan akomodasi gratis di hotel bintang lima untuk pemain rating 2600+ dan wanita dengan ELO 2400+, serta hingga 15 wild cards bagi pemain di bawah 2300 yang disetujui panitia.
Di Abu Dhabi, papan catur bukan sekadar arena, melainkan laboratorium kehidupan. Setiap langkah menuntut kesabaran, keberanian, dan strategi yang matang. Bagi Adit, Nayaka, dan Jodi, awal mulus di babak pertama hanyalah prolog dari perjalanan panjang mereka menorehkan cerita, strategi, dan mimpi di panggung catur internasional.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!