Balas Dendam Manis Jannik Sinner, Ukir Sejarah Italia di Wimbledon 2025

Gerry Putra

Petenis nomor satu dunia asal Italia Jannik Sinner mengangka trofi Wimbledon. Foto/Dok/Jannik Sinner

LUDUS – Petenis nomor satu dunia Jannik Sinner akhirnya menuntaskan misi besarnya di Wimbledon. Petenis asal Italia itu tampil luar biasa di final tunggal putra Wimbledon 2025 dengan menundukkan sang juara bertahan, Carlos Alcaraz, lewat pertarungan empat set, 4-6, 6-4, 6-4, 6-4.

Kemenangan ini tak hanya menjadi gelar Grand Slam keempat dalam kariernya, tapi juga mencatatkan namanya sebagai orang Italia pertama yang menjuarai Wimbledon.

Hasil ini terasa sangat emosional bagi Sinner. Sebulan sebelumnya, dia harus menelan pil pahit setelah kalah menyakitkan dari Alcaraz di final French Open meskipun sempat memegang tiga championship point.

Petenis nomor satu dunia asal Italia Jannik Sinner mengangka trofi Wimbledon. Foto/Dok/Jannik Sinner

Petenis nomor satu dunia asal Italia Jannik Sinner mengangka trofi Wimbledon. Foto/Dok/Jannik Sinner

Di ajang Wimbledon, petenis berusia 23 tahun ini membalikkan semua keraguan dan membayar lunas kegagalan tersebut. Pada partai Final di Centre Court Wimbledon menjadi momen kebangkitan Sinner.

Sinner datang dengan rekor buruk dalam lima pertemuan terakhir melawan Alcaraz, namun semua beban itu ditinggalkannya di ruang ganti. Dia menunjukkan telah belajar dari masa lalu.

Baca juga: Sinner Hancurkan Djokovic, Siapkan Misi Balas Dendam Lawan Alcaraz di Final Wimbledon

Mentalitasnya jauh lebih matang. Energinya terlihat penuh, fokus untuk satu hal: membalas kekalahan dan meraih gelar.

“Setelah Paris, saya tahu harus bekerja lebih keras dan lebih pintar. Kemenangan ini adalah hasil dari semua pelajaran itu," ungkap Sinner dalam sesi konferensi pers.

Pertarungan Sengit Lawan Alcaraz

Petenis nomor satu dunia asal Italia Jannik Sinner dalam sebuah pertandingan di Wimbledon 2025. Foto/Dok/Jannik Sinner

Petenis nomor satu dunia asal Italia Jannik Sinner dalam sebuah pertandingan di Wimbledon 2025. Foto/Dok/Jannik Sinner

Jalannya pertandingan seolah tidak berpihak pada Sinner. Dia sempat memimpin 4-2 di set pertama, tapi Alcaraz merespons dengan empat gim beruntun dan mengambil set tersebut.

Sinner tak panik. Pada set kedua, dia memanfaatkan turunnya konsentrasi Alcaraz untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1.

Set ketiga menjadi titik balik. Sinner tampil sangat stabil, terutama saat menghadapi tekanan besar di gim-gim akhir. Servisnya nyaris tak terbendung, dan pukulan forehand-nya kerap mematikan langkah Alcaraz.

Baca juga: Iga Swiatek Juara Wimbledon, Cetak Poin Sempurna Kalahkan Amanda Anisimova

Sebaliknya, sang juara bertahan mulai goyah dan kehilangan ketajaman saat pertandingan memasuki fase kritis. Momentum itulah yang terus dijaga oleh Sinner di set keempat.

Dia memimpin 4-3 namun harus menghadapi dua break point yang bisa saja membalikkan keadaan. Saat di sinilah mental juara Sinner terlihat. Dia menolak mengulangi kesalahan di Paris.

Pukulan-pukulan berani dan pengambilan keputusan tepat menjadi kunci untuk menutup laga dan memastikan trofi pulang ke Italia.

Sejarah untuk Italia

Jannik Sinner menyapa penonton Wimbledon setelah memastikan meraih gelar juara. Foto/Dok/Jannik Sinner

Jannik Sinner menyapa penonton Wimbledon setelah memastikan meraih gelar juara. Foto/Dok/Jannik Sinner

Kemenangan ini bukan hanya milik Sinner, tetapi juga sebuah pencapaian nasional. Dia resmi menjadi petenis putra pertama Italia yang menjuarai Wimbledon. Torehan ini juga menambah koleksi gelar Grand Slam-nya menjadi empat, memperkuat posisinya di puncak peringkat dunia.

"Saya bangga bisa membawa nama Italia ke level tertinggi di Wimbledon. Ini mimpi yang jadi kenyataan," ujar Sinner.

Sinner kini mulai masuk dalam jajaran elite dunia tenis. Dia sudah melampaui capaian beberapa legenda seperti Stan Wawrinka dan Andy Murray dalam jumlah total Grand Slam.

"Saya bangga bisa membawa nama Italia ke level tertinggi di Wimbledon. Ini mimpi yang jadi kenyataan." Jannek Sinner, Petenis Nomor Satu Dunia.

Laga final ini juga menandai babak baru dalam rivalitas Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz, dua petenis muda yang diprediksi akan mendominasi tenis dunia selama dekade ke depan.

Dengan skor gelar Grand Slam kini 5-4 masih untuk keunggulan Alcaraz, persaingan keduanya dipastikan akan terus memanas.

Jannik Sinner telah membuktikan dirinya bukan hanya pesaing sepadan, tetapi juga ancaman nyata bagi dominasi Alcaraz. Pertarungan keduanya kini tak lagi soal siapa yang lebih muda, melainkan siapa yang lebih siap di momen-momen penting. (*)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!