
LUDUS - Langit Swiss mungkin tak banyak berubah sejak 1994, ketika GM Utut Adianto mengangkat trofi juara di Master Tournament Open. Tapi dari langit Indonesia, seorang remaja 19 tahun bernama Aditya Bagus Arfan sedang terbang ke arah yang sama, membawa harapan bangsa dalam satu koper penuh strategi.

Aditya bukan sekadar mewakili Indonesia di Biel Chess Festival 2025, tapi ia membawa impian masa kecil yang perlahan jadi nyata: menjadi Grandmaster. Sejak meraih gelar International Master (IM) dan mengoleksi dua Norma GM, langkahnya seolah sudah setengah menuju tujuan. Yang tersisa hanyalah satu Norma lagi dan tambahan rating menuju angka sakral: 2500 ELO.
Setelah membantu tim Pre SEA Games Indonesia merebut 3 medali emas (Men Triples Blitz Makruk Chess, Mix Quintuples Classic Makruk Chess, Men Quadruples Classic Makruk Chess) dan 2 medali perak (Men Triples Classic Makruk Chess, Men doubles Classic Makruk Chess) nomor beregu di Penang, Malaysia, 5-8 Juli lalu, kini Aditya melanjutkan karir caturnya dengan memburu Norma GM ketiganya. Ia akan berlaga di turnamen Catur Klasik "Master Tournament Open 2025" atau MTO, di Biel Chess Festival di Swiss, 14-24 Juli 2025.
“Saya sempat fokus ke studi dulu. Sekarang waktunya kembali ke catur,” begitu Aditya pernah berkata. Dan betul: ia sempat mengalihkan fokus pada pendidikan formalnya, yang menyebabkan sedikit penyesuaian dalam performa. Rating ELO-nya sempat turun ke 2385 per Juni 2025, menempatkannya di peringkat 9 nasional.
Namun bagi seorang pecatur, angka adalah cerminan waktu, bukan esensi mutlak. Pada Februari 2024, Aditya masih duduk di posisi ke-4 nasional, menyentuh ELO 2407. Dengan dua norma GM di tangan dan usia yang masih sangat muda, ia menunjukkan kualitas seorang atlet yang bisa menunggu dan meledak di waktu yang tepat.
Dan, di Hungaria, Adit sudah tampil berani. Ini bagian dari sejarah karier catur Aditya Bagus Arfan (rating 2374) yang mencolok. Pada Selasa, 14 Maret 2023, ia mengalahkan GM Lajos Seres (2360) secara indah di babak terakhir turnamen bulanan First Saturday yang digelar di Hotel Budapest. Itu adalah kemenangan kedua Adit atas Grandmaster dalam turnamen internasional resmi.

Sebelumnya, Grandmaster pertama yang pernah ia taklukkan secara resmi adalah “kakak”-nya sendiri, GM Novendra Priasmoro, pada babak terakhir Bangkok Open di Chiangmai, Thailand tahun 2022. Aditya juga pernah mengalahkan GM Eugene Torre dalam pertandingan simultan, serta mengalahkan GM Susanto Megaranto dalam duel lokal antarklub Percaja di Jakarta.
Kristianus Liem, manajer sekaligus Ketua Bidang Pembinaan Prestasi (KabidBinpres) PB Percasi, menyebut kemenangan atas GM Lajos saat itu, sebagai sesuatu yang sangat indah:
“Saya sangat senang sekali melihat Adit memainkan langkah teks. Kegembiraan itu saya sampaikan ke Novendra yang juga ikut menonton karena partai terakhir Novendra sudah diselesaikan sebelumnya. Sebab langkah teks agresif, aktif, sesuatu yang sangat saya anjurkan buat para pecatur muda Indonesia.

Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi. Foto/Istimewa
“Untuk bisa mengeksplorasi diri semaksimal mungkin, para pecatur muda Indonesia harus berani main aktif menyerang, berani main terbuka sehingga terbangun posisi kompleks, di mana potensi diri pecatur muda dapat terpicu meledak keluar. Langkah teks sudah menjamin bakal terjadinya partai liar penuh langkah taktis yang menjadi kelebihan para pecatur muda. Kiprah Adit ibaratnya menjemput impian. Masa depan cerah untuk catur Indonesia.

Kini, ia didampingi oleh Kristianus Liem, dalam perjalanan menuju turnamen Master Tournament Open di kota Biel/Bienne, Swiss, ajang yang jadi bagian dari The Biel International Chess Festival, yang telah berlangsung sejak 1968. Biel bukan turnamen biasa.
Di masa lalu, satu-satunya pecatur Indonesia yang mampu menaklukkannya adalah GM Utut Adianto, Ketua Umum PB PERCASI saat ini, yang menjadi juara MTO pada 1994. Di sektor putri, hanya IM Medina Warda Aulia yang nyaris mengulang kejayaan itu, menjadi runner-up pada 2013, hanya terpaut 0,5 poin dari GM Zhao Xue dari China.

Kini giliran Aditya mencoba menorehkan sejarah baru. Jalan ke Grandmaster memang panjang dan terjal, tetapi ia tidak menapakinya sendirian. Ada keluarga, ada federasi, ada Sekolah Catur Utut Adiando, ada United Tractors, dan ada publik Indonesia yang berharap pada mata-mata tajam di balik papan 64 kotak.
Dan di balik itu semua, ada seorang anak muda yang tahu betul bahwa catur adalah perjalanan panjang, penuh hitung-hitungan, strategi, dan kesabaran. Tapi seperti catur itu sendiri, kemenangan tidak datang karena langkah terburu-buru. Ia datang karena kesiapan, kecerdasan, dan keberanian untuk melangkah satu petak lebih jauh dari rasa takut.
Banyak orang lupa bahwa catur juga soal ketenangan jiwa. Sebab di atas papan, bukan hanya kecerdasan yang diuji, tapi juga ketegangan yang mendebarkan. Aditya tahu itu.

“Saya harus menghilangkan rasa nervous. Saya fokus pada permainan. Tak memikirkan apa-apa, tak memikirkan siapa lawan yang saya hadapi, selain fokus pada bagaimana saya menjalankan langkah-langkah untuk menang.”
Pernyataan itu terdengar sederhana, tapi di baliknya tersembunyi fondasi penting: tidak ada kemenangan tanpa kejernihan pikiran. Di usia 19, Aditya tidak hanya tahu bagaimana menggerakkan pion, tetapi juga bagaimana mengatur napas dan emosi saat jam berdetak.
Di balik ketenangan itu, ada dukungan besar yang tak kalah penting. Sejak 2017, PT United Tractors (UT) Tbk menjalankan program pembinaan catur bertajuk UT Inspiring Youth, sebuah jawaban konkret atas minimnya regenerasi Grandmaster di Indonesia. Bersama PB PERCASI, UT membina atlet-atlet muda potensial, secara teknis maupun non-teknis, dan mengirimkan mereka ke turnamen dunia, dengan tujuan mulia: mencetak Pride of The Nation.
Buahnya telah tampak pada GM Novendra Priasmoro, yang pada tahun 2020 resmi menjadi Grandmaster ke-7 Indonesia, dan yang termuda kedua sepanjang sejarah. Kini, Aditya Bagus Arfan adalah nama berikutnya dalam antrean sejarah itu.
“Aditya adalah atlet muda berbakat yang bermimpi menjadi Grandmaster Catur,” kata Himawan Sutanto, Head of Social Responsibility and Communication Department PT United Tractors Tbk. “Kami sangat optimis bahwa dengan persiapan matang didampingi manajer dan didukung oleh kami dan PB PERCASI, Aditya akan menampilkan performa terbaik di Biel Chess Festival ini.”
Bersama tim United Tractors, IM Aditya Bagus Erfan pada saat berusia 12 tahun. Foto/Dok. United Tractors
Lebih jauh, Himawan menegaskan bahwa komitmen UT melalui UT Inspiring Youth bukan hanya tentang kompetisi semata, melainkan membentuk narasi kebangsaan melalui olahraga. “End In Mind dari program ini adalah memberikan inspirasi ‘Pride of The Nation’ kepada seluruh masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Jika langkah-langkah catur disebut sebagai “64 petak takdir”, maka Aditya kini sedang menyusuri tiap-tiapnya. Tak ada jaminan menang, tapi ada keyakinan yang pelan-pelan tumbuh: bahwa di antara barisan pion, benteng, dan kuda, tersimpan kisah anak muda Indonesia yang tak pernah menyerah pada waktu, tekanan, atau keraguan.

Tahun 2025 mungkin bukan akhir dari cerita. Tapi bisa jadi babak penting menuju gelar Grandmaster pada 2027, sebagaimana harapan yang digantungkan bukan hanya oleh Aditya dan keluarganya, tapi juga oleh bangsa yang mendamba lahirnya para jenius papan catur baru.
Di papan 64 kotak itu, satu nama kini melangkah pasti: Aditya Bagus Arfan, dari Indonesia. Mulai hari ini, di Biel Chess Festival 2025 di Swiss, ia memulai langkah ke-64, langkah menuju gelar Grandmaster, yang tak sekadar mimpi, tapi tekad yang sedang diperjuangkan.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!