Bripda Putri Kusuma Wardani: Polisi Muda yang Membawa Kabar Gembira untuk Indonesia

Ludus01

“Perjuangan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan menuju kemenangan.”
-- Jonatan Christie --
Foto/PBSI

Foto/PBSI

Di negeri ini, akhir Agustus terasa gaduh. Jalanan bergelora. Teriakan, bendera, asap, kemarahan. Nama Affan Kurniawan masih melekat di bibir banyak orang, remaja yang tewas tertabrak mobil Brimob. Rasa marah menggantung di udara. Jajaran kepolisian dihujat, dicaci, dibenci.

Foto/Instagram/Putri KW

Foto/Instagram/Putri KW

Dan tiba-tiba, di tengah semua itu, muncul satu cahaya: Putri Kusuma Wardani. Atau dipanggil KW. Seorang polisi wanita muda. Polisi yang membawa kabar baik. Medali perunggu Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2025 di Paris kini berada di tangannya.

Bukan sekadar medali. Ini bukti, bahwa dedikasi, kesabaran, dan keberanian menghadapi ketidakpastian bisa menumbuhkan sesuatu yang luar biasa. Bukti bahwa di tengah kebisingan, masih ada kabar yang menyejukkan.

Seperti kata Mahatma Gandhi: “Kekuatan tidak datang dari kemampuan fisik. Kekuatan datang dari kemauan yang tak tergoyahkan.”
Foto/PBSI

Foto/PBSI

Di lapangan, drama tersaji dalam tiga game. Akane Yamaguchi menjadi lawan. Game pertama hilang 17-21. Game kedua dimenangkan 21-14. Game ketiga? 6-21. Badai yang tak terduga. Kecepatan naik. Serangan tak henti. Pola permainan berubah di saat Putri belum siap. Kekalahan tampak menyakitkan. Tapi di balik angka itu, ada keindahan yang tenang.

“Untuk keseluruhan saya merasa puas dengan penampilan hari ini, walaupun di game ketiga tadi ya pastinya saya kurang puas dengan hasilnya tapi itu akan jadi pengalaman bagi saya,” katanya.

Ada filosofi di situ: kepuasan tidak selalu lahir dari kemenangan mutlak. Kepuasan lahir dari keberanian mencoba, dari belajar menghadapi badai. Seperti kata Seneca, filsuf Romawi: “Kesulitan memperkuat pikiran, seperti halnya kerja keras memperkuat tubuh.”

Foto/PBSI

Foto/PBSI

Medali ini adalah sejarah. Tunggal putri Indonesia baru merasakan prestasi dunia sejak era Lindaweni Fanetri. Itu di tahun 2015. Artinya, sudah sepuluh tahun lamanya. Dan yang membuatnya memesona: Putri KW adalah polisi wanita, atau polwan muda.

Di balik seragam, tanggung jawab, ada keberanian, ketekunan, disiplin. Semua itu menembus sorak tepuk tangan di Paris, melawan kebisingan demo di Jakarta.

“Sangat luar biasa bisa mendapatkan medali perunggu di sini, aku bisa berada di sini sekarang berkat orangtua dan orang-orang di belakang aku yang mendukung aku pada saat aku jatuh,” ujarnya.

Kemenangan tidak lahir dari kesendirian. Dukungan, kasih sayang, kerja keras diam-diam menumpuk. Diam. Tapi kuat.

Foto/PBSI

Foto/PBSI

Minggu depan, Putri akan menjadi tunggal putri nomor 1 Indonesia. Ia bermimpi Olimpiade 2028. Ingin naik podium. Di mimpinya itu, kita menemukan harapan bagi negeri ini. Harapan bahwa di tengah hiruk-pikuk, masih ada cahaya yang menyejukkan. Masih ada inspirasi dari seorang polisi muda yang mengangkat raket, menundukkan diri pada disiplin, dan mengajarkan keberanian.

Putri KW, sang polisi wanita, mengingatkan kita pada hal sederhana, seperti kata Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris, pemimpin selama Perang Dunia II: “Kesuksesan bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah akhir dunia; yang terpenting adalah keberanian untuk melanjutkan.” Kata-kata itu terasa hidup di tangan Putri KW, di raketnya, di tatap matanya.

Foto/PBSI

Foto/PBSI

Putri KW. Pemain yang dulu tiba-tiba harus menggantikan Gregoria Marsika Tunjung di Piala Sudirman. Pemain yang sempat dipandang sebelah mata. Hari ini, medali tergantung di dadanya, saksi bisu perjuangan yang tak lagi bisa diabaikan. Raket di tangan. Di matanya tersirat semangat. Seolah ia berkata: di negeri ini, selalu ada kabar baik, sejuk, murni, membanggakan.

Dan ketika kita menutup mata sejenak, membiarkan suara bising berganti dengan gema tepukan di Paris, terasa seolah negeri ini, meski gaduh, mendengar desah ringan kemenangan seorang anak bangsa.

Foto/PBSI

Foto/PBSI

Dan di sana, di tengah arena asing, di kota yang bukan milik kita, merah putih berkibar. Berkibar bukan karena parade, bukan karena upacara, tapi karena seorang polwan muda bernama Putri KW. Putri, yang menundukkan diri pada disiplin, yang mengangkat raketnya, yang menahan diri saat badai melanda, yang berdiri tegak menghadapi lawan tangguh.

Merah putih itu berkibar, dan di baliknya tersimpan cerita tentang keberanian, ketekunan, dan cinta pada tanah air. Berkibar untuk Affan Kurniawan, untuk mereka yang menatap masa depan dengan luka dan amarah, dan untuk semua yang percaya bahwa di tengah kebisingan, masih ada cahaya yang menyejukkan hati.

Satu medali. Satu polisi. Satu bendera. Satu cerita yang membuat kita terdiam, tersentuh, dan, sekali lagi, bangga menjadi bagian dari negeri ini.

Akhmad Sef, melaporkan. Tapi lebih dari itu, juga mendengarkan.

Instagram: @akhmadsefgeboy

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!