Catatan Kristianus Liem Babak 7 1st Fujairah Global Chess Championship: Tentang Keteguhan Adit dan Kesabaran Nayaka

Ludus01

Dari gurun Fujairah, Kristianus Liem menyaksikan dua jalan yang berbeda: Aditya Bagus Arfan menyalakan harapan lewat bidak bebasnya, sementara Nayaka Budhidharma mengajarkan arti kesabaran dalam remis yang penuh keseimbangan.
Foto/Kristianus Liem

Foto/Kristianus Liem

LUDUS - Turnamen 1st Fujairah Global Chess Championship di Fujairah Chess & Culture Club, Uni Emirat Arab, bukan sekadar ajang bertemu pecatur muda dari berbagai negara. Bagi Indonesia, ini adalah panggung uji nyali dan keteguhan mental generasi baru. Dari arena inilah, Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi, menyaksikan langsung perjalanan dua pecatur muda kita, IM Aditya Bagus Arfan (2399) dan IM Nayaka Budhidharma (2389). Berikut adalah catatannya dari babak ketujuh yang dramatis, di mana Adit mencatat kemenangan penting dan Nayaka harus puas dengan hasil remis.

Di Fujairah, kota kecil di Uni Emirat Arab yang dibelai matahari gurun, saya menyaksikan dua anak muda kita menutup hari dengan jalan berbeda. Tiga hari sebelumnya, mereka selalu duduk berdampingan, seperti kawan seperjalanan yang saling menguatkan. Tapi Senin (1/9) sore ini, mereka harus berpisah meja di babak terakhir 1st Fujairah Global Chess Championship.

IM Aditya Bagus Arfan (2399), atau yang biasa kami panggil Adit, memasuki papan dengan tatapan penuh konsentrasi. Lawannya, CM Arush Chitre (2228) dari India, jelas bukan lawan enteng. Adit membukanya dengan Skotlandia, sebuah pilihan yang ia siapkan matang. Sampai langkah ke-13, semuanya sesuai skenario. Tapi catur, seperti hidup, selalu memberi tikungan tak terduga.

Foto/Kristianus Liem

Foto/Kristianus Liem

Langkah ke-16 dan 17, ketika Adit melepaskan c4 dan Bc1, situasi berubah liar. Arush mencium peluang. Dan benar, ia berhasil unggul satu kuda di langkah ke-21. Di bangku penonton, jantung saya ikut berdegup cepat. Namun justru di momen genting itulah, Adit menunjukkan keteguhan hatinya. Ia berhasil memerangkap gajah lawan di h2, sebuah kejelian taktis yang membalik arus permainan.

Langkah 26.f3, menurut saya, adalah pukulan psikologis. Dari sana, arah papan kembali ke tangan Adit. Ia tak silau oleh bidak gratis di f6 atau gelisah melihat bidak a2 yang tak terjaga. Fokusnya hanya satu: mendorong bidak bebas lajur-d. Bidak itu terus melangkah, maju tanpa henti, seolah simbol keuletan anak muda kita. Arush mencoba bertahan dengan skak terus menerus. Tapi catur punya logika keras: semua upaya itu akhirnya kandas. Bidak putih sudah berdiri tegak di d7, siap promosi, dan lawan tak punya lagi alasan untuk bertahan. Arush menyerah. Adit menang.

Foto/Kristianus Liem

Foto/Kristianus Liem

Di meja lain, IM Nayaka Budhidharma (2389) menghadapi pecatur India lainnya, CM Hemant Agarwal Mukund (2208). Permainan mereka menapak jalur klasik: Ruy Lopez, variasi Morphy, yang sudah dimainkan berabad-abad. Sampai langkah ke-17, partai ini seperti simfoni teori. Putih, Hemant, memang memegang inisiatif. Tapi Nayaka tidak membiarkan dirinya digilas. Ia mengajak pertukaran setiap kali perwira lawan mencoba menyerbu.

Di langkah ke-22, posisi menyisakan gajah, kuda, dan enam bidak di masing-masing sisi. Catur memasuki wilayah keseimbangan. Ada tipuan, ada manuver, tapi tak ada celah yang bisa dimanfaatkan untuk menang. Satu per satu peluang tertutup, hingga akhirnya mereka berjabat tangan: remis.

Kini Adit mengoleksi 5,5 poin (+5 =1 -2), menempatkannya di peringkat 32. Nayaka dengan 5 poin (+4 =2 -2) berada di peringkat 53. Puncak klasemen masih dikuasai GM Brewington Hardaway (2499) dari Amerika Serikat dengan 7 poin.

Perjalanan belum selesai. Babak kesembilan menanti: Adit akan berhadapan dengan GM Cem Kaan Gokerkan (2464) dari Turki di meja 14. Sedang Nayaka akan bertemu IM Arystanbek Urazayev (2490) dari Kazakhstan di meja 19.

Bagi saya, menyaksikan mereka bermain bukan hanya soal hitung poin. Ada sesuatu yang lebih: keberanian untuk tidak menyerah ketika posisi genting, kecerdikan membaca celah kecil di papan, dan kesabaran untuk menerima hasil remis ketika kemenangan tidak lagi mungkin. Itu semua adalah pelajaran hidup. Dan di Fujairah sore itu, dua anak muda kita menuliskan pelajaran itu dengan caranya masing-masing

Foto/IM Aditya Bagus Arfan

Foto/IM Aditya Bagus Arfan

"Catur selalu melatih kita untuk menunggu saat yang tepat. Adit dan Nayaka sudah menunjukkannya di Fujairah. Kini, tugas kita adalah memastikan kesabaran dan keteguhan itu terus dirawat, agar kelak mereka tidak hanya dikenang di satu babak, tapi di sepanjang sejarah catur Indonesia." (**)

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga bela diri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!