Demi Menjaga Merah Putih, Terkait Pengumuman IOC, Raja Sapta Oktohari: Sejak Awal Saya Ingin Ketemu IOC

Ludus01

Foto/Dok. NOC Indonesia

LUDUS - Dunia olahraga Indonesia kembali bergetar. Bukan karena medali emas atau rekor baru, melainkan karena keputusan yang mengguncang meja diplomasi: penolakan terhadap atlet Israel di Kejuaraan Dunia Senam Artistik FIG ke-53. Di tengah isu global dan tegangan politik, Indonesia berdiri tegak pada pendirian politik luar negerinya, tak ada hubungan dengan Israel, dalam bentuk apa pun.

Foto/Dok. NOC Indonesia

Foto/Dok. NOC Indonesia

Namun, sikap yang berakar pada prinsip itu berbuntut panjang. Dari Lausanne, markas besar Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengumumkan keputusan yang tak main-main: menghentikan seluruh dialog dengan Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) tentang penyelenggaraan Olimpiade di masa depan. Lebih jauh, IOC juga menyerukan kepada seluruh federasi olahraga internasional (IF) agar menunda atau membatalkan penyelenggaraan event di Tanah Air.

BACA JUGA: IOC Keluarkan 4 Keputusan Usai Indonesia Tolak Israel Tampil di Kejuaraan Dunia Gimnastik 2025

Bagi banyak pihak, keputusan itu terasa seperti dentuman yang tiba-tiba, menggemakan kembali memori ketika Merah Putih pernah terancam tak berkibar di pentas dunia. Tapi bagi Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum NOC Indonesia, badai semacam ini bukan yang pertama. Ia memilih diam, menolak membalas melalui media, dan tetap pada jalur diplomasi langsung.

“Sejak awal, saya memang sudah minta waktu untuk bertemu dengan IOC untuk memberikan penjelasan, dan jadwalnya pun sudah ditentukan, 27 dan 28 Oktober 2026. Makanya, saya tidak mau berbalas komentar melalui media apalagi mengirimkan surat penjelasan. Kan lebih baik kita berdialog langsung,” ujar Okto saat dihubungi, Kamis (23/10/2025).

Jawaban yang tenang di tengah pusaran isu itu memperlihatkan karakternya: bukan politisi pencitraan, tapi diplomat olahraga yang paham bahwa suara paling lantang kadang justru tak terdengar. Sejak awal, ia tahu konsekuensi dari sikap Indonesia terhadap Israel. Namun, baginya, menjaga Merah Putih di panggung dunia bukan berarti tunduk pada tekanan, melainkan menavigasi badai dengan kepala dingin.

Foto/Dok. NOC Indonesia

Foto/Dok. NOC Indonesia

“Kami menghormati setiap keputusan yang diambil pemerintah dengan berbagai pertimbangan. Keluarga besar gimnastik, termasuk FIG, Federasi Asia, maupun federasi nasional Indonesia, juga mendukung keputusan yang telah dikeluarkan pemerintah Indonesia,” tegasnya.

Bagi Okto, loyalitas terhadap tanah air berjalan seiring dengan komitmen menjaga eksistensi Indonesia di dunia olahraga. Sejak memimpin NOC Indonesia pada 2019, ia telah berkali-kali mengarungi gelombang serupa. Ketika Indonesia dijatuhi sanksi oleh Lembaga Anti Doping Dunia (WADA) pada 7 Oktober 2021, Okto, yang kala itu menjadi Ketua Tim Gugus Tugas, berhasil mengembalikan kehormatan Merah Putih hanya dalam tiga bulan.

Gelombang berikutnya datang pada periode kedua kepemimpinannya (2023–2027). Tiga cabang olahraga Indonesia: tenis meja, anggar, dan tinju amatir, nyaris tersingkir dari orbit internasional. Namun satu per satu, Okto menautkan kembali jembatan yang retak. Di Federasi Anggar Internasional (FIE), nama PB IKASI tetap bertahan. Di Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF), organisasi baru bernama Indonesia Pingpong League (IPL) disahkan. Sementara di World Boxing (WB), nama Pengurus Besar Tinju Indonesia (PERBATI) resmi tercatat.

Foto/Dok. NOC Indonesia

Foto/Dok. NOC Indonesia

Lalu, di antara riuh tekanan diplomatik dunia, ia justru mengukir kabar baik: pencak silat resmi menjadi cabang olahraga yang memperebutkan medali di Asian Youth Games (AYG) Bahrain 2025, dengan 14 negara ikut serta. Sebuah langkah yang tak hanya menandai keberhasilan diplomasi olahraga, tapi juga kebanggaan budaya yang kembali tegak di gelanggang Asia.

Perjalanan menuju pengakuan itu tak mudah. PERSILAT dan NOC Indonesia menempuh proses panjang, meyakinkan panitia dan tuan rumah AYG bahwa pencak silat bukan sekadar pertunjukan budaya, melainkan olahraga penuh makna dan sejarah. “Ini adalah buah dari kerja keras dan diplomasi yang panjang. Kini, pencak silat bukan lagi eksibisi, tapi cabang olahraga resmi yang memperebutkan medali,” kata mantan Ketua Harian PERSILAT, yang juga Ketua Harian PB IPSI Benny Sumarsono.

Foto/Dok. NOC Indonesia

Foto/Dok. NOC Indonesia

Kini, di tengah sorotan dunia terhadap keputusan Indonesia soal atlet Israel, nama Raja Sapta Oktohari kembali mengemuka. Ia bukan sekadar pejabat olahraga; ia tampak seperti jembatan antara idealisme politik dan diplomasi internasional.

Sikapnya barangkali tak populer, tapi dalam dunia olahraga global yang kian sarat kepentingan, ketenangan justru menjadi senjata. Dan di ruang-ruang pertemuan, bukan di podium media, Okto kembali membawa misi yang sama: menjaga Merah Putih tetap berkibar, meski angin dunia sedang tak bersahabat.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!