Final Bersejarah Sao Paulo WTA 2025: Janice Tjen Akan Tantang Rakotomanga Rajaonah, Indonesia Kembali ke Panggung Dunia

Ludus01

LUDUS - Sao Paulo sore itu tak ubahnya sebuah panggung yang baru saja dipoles. Di tribun, penonton menunggu dua nama yang sebelumnya jarang menghiasi sorotan utama WTA. Janice Tjen, 23 tahun, dari Indonesia, dan Tiantsoa Rakotomanga Rajaonah, 19 tahun, dari Prancis. Dua petenis dengan jalur berliku, bertemu untuk pertama kalinya di final, mengejar mimpi yang sama: gelar perdana WTA.

Foto/wtatennis.com

Foto/wtatennis.com

Janice datang ke Sao Paulo dengan bekal perjalanan panjang. Hanya sebulan sebelumnya ia masih berdiri di Flushing Meadows, mencoba peruntungan di kualifikasi US Open. Dalam setahun, ia meraih 63 kemenangan, 58 di antaranya di lapangan keras. Dari peringkat 371 dunia, ia melonjak hingga 149. Sebuah lompatan yang nyaris mustahil, jika bukan karena ketekunan yang dijalani jauh dari sorot kamera.

“Masih terasa tidak nyata. Saya sendiri belum sepenuhnya percaya,” katanya seperti dikutip dari WTA, mengingat duel menegangkan melawan Alexandra Eala di partai semifinal. “Yang saya lakukan hanya fokus pada setiap poin. Lawan seperti Alex bisa bangkit kapan saja, jadi saya hanya berusaha bertahan sampai akhir.”

Dan kini, di Sao Paulo, ia melangkah ke final WTA pertamanya setelah menyingkirkan Francesca Jones 7-6(0), 6-3. Kemenangan itu bukan hanya tentang angka, tapi juga tentang delapan ace, tentang servis yang ia poles setiap hari bersama pelatihnya. “Saya dan pelatih bekerja keras hampir setiap hari di servis. Senang melihat sedikit demi sedikit hasilnya keluar,” ujarnya.

Rakotomanga Rajaonah, lawannya di final nanti, datang dengan reputasi berbeda. Ia dikenal piawai di tanah liat, anak ajaib Prancis yang kerap disebut calon penerus Amelie Mauresmo. Namun di Sao Paulo ia membuktikan dirinya bisa lebih dari sekadar spesialis clay. Tiga lawan dari Meksiko ia singkirkan, termasuk Renata Zarazua yang ia kalahkan 6-3, 6-2. Dengan 29 winner, ia bermain tanpa takut, menekan sejak awal, tak memberi ruang sedikit pun.

BACA JUGA: Janice Tjen Ukir Sejarah di Sao Paulo: Semifinal WTA Pertama untuk Indonesia Setelah 23 Tahun

Foto/Instagram/WTA

Foto/Instagram/WTA

“Saya coba agresif, sekaligus fokus pada apa yang saya lakukan. Tanpa tekanan, hanya bermain,” katanya. Ucapannya sederhana, tetapi justru di sanalah letak kekuatannya.

Final ini, pada akhirnya, bukan sekadar pertarungan angka. Ia adalah pertemuan dua jalan hidup: Janice, anak Indonesia yang besar lewat jalur NCAA Amerika, dan Rakotomanga, remaja Prancis keturunan Madagaskar yang menempa diri di turnamen-turnamen kecil.

Sejarah ikut hadir sore ini. Janice menjadi petenis Indonesia ketiga di era Open yang menembus final WTA, setelah Yayuk Basuki dan Angelique Widjaja. Nama yang semula asing bagi publik tenis dunia, kini bergema di Sao Paulo.

Entah siapa yang akan mengangkat trofi, cerita ini sudah lebih dulu menang. Di tengah hiruk pikuk tenis modern yang dikuasai nama-nama besar, hadir dua wajah baru, mengingatkan kita bahwa tenis tak hanya tentang bintang mapan, tapi juga tentang mimpi yang diperjuangkan dengan gigih di pinggir lapangan.

Esok, di Sao Paulo, satu nama akan dikenang sebagai juara baru. Tapi bagi Indonesia, Janice sudah lebih dari sekadar finalis. Ia adalah tanda, bahwa tenis negeri ini masih punya denyut.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!