Indonesia Raih 18 Emas di Catur Pre SEA Games Penang: Eka Putra Wirya Terima ASEAN Caissa Awards, Ingatkan Soal Makruk
Ludus01

LUDUS - Di papan catur, tidak selalu yang menang bisa mengambil semua. Itu pula yang terjadi dalam Pre SEA Games Catur di Penang, Malaysia, yang berakhir Selasa, 8 Juli 2025. Tim Indonesia tampil seperti raksasa yang terbangun: menyapu 18 emas dan 3 perak dari arena. Tapi kemenangan itu datang dengan catatan kaki yang unik, dan sedikit ironis.

Tim Catur Indonesia. Foto/Kristianus Liem/Percasi
Ada satu aturan tak tertulis, disampaikan secara lisan, yang mewarnai turnamen ini: satu negara hanya boleh membawa pulang satu medali per nomor. Jika Indonesia menguasai posisi satu, dua, dan tiga, maka hanya medali emas yang sah dibawa pulang, sementara perak dan perunggu ‘diwariskan’ ke negara lain. Alasannya: demi persaudaraan ASEAN.
“Ya, ini turnamen persahabatan,” kata seorang ofisial dari panitia lokal, mencoba memberi makna atas aturan yang lebih dekat ke kompromi ketimbang kompetisi. Tapi para pecatur Indonesia menerimanya dengan lapang dada, mereka lebih sibuk mengumpulkan poin, ketimbang meributkan podium.

Medali emas beregu Quintuples nomor Makruk Blitz yg terdiri dari 4 pemain putra plus 1 pemain putri, yaitu WGM Medina Warda Aulia, IM Aditya Bagus Arfan, GM Novendra Priasmoro, IM Mohamad Ervan dan IM Azarya Jodi Setyaki. Foto/Kristianus Liem/Percasi
Dan poin-poin itu melangkah pesat. Tanpa kehadiran pecatur-pecatur Vietnam, yang dikenal sebagai lawan tangguh di Asia Tenggara, Indonesia menjadi kekuatan yang tak terbendung. Dari enam nomor sisa di hari terakhir, lima emas direbut Merah Putih. Satu emas lainnya, nyaris jadi milik Indonesia juga—jika tak karena sebuah kesepakatan remis yang berubah jadi boomerang.

Medali emas yg membanggakan dari nomor beregu FIDE chess rapid Double Women, dua pecatur muda Indonesia WIM Laysa Latifah dan WIM Ivana Maria Lasama. Foto/Kristianus Liem/Percasi
Di babak kelima, dua pecatur Indonesia, WIM Ivana Lasama dan WIM Laysa Latifah, berada di puncak klasemen dan saling berhadapan. Dengan skor 3 dan 3,5, keduanya sepakat bermain remis. Harapannya: Laysa dengan 4 poin akan tetap unggul karena saingan terdekatnya, WGM Gong Qiannyun dari Singapura (3 poin), diprediksi hanya mampu bermain imbang melawan WIM Ummi Fisabilillah.
Tapi prediksi tinggal prediksi. Gong menang, menyamai poin Laysa, dan unggul dalam tie-break karena memiliki lebih banyak kemenangan. Emas pun terbang ke Singapura, sebuah pelajaran berharga dari permainan strategi yang justru gagal dihitung secara strategis.
Namun satu kehilangan bukan berarti kegagalan. Justru sebaliknya, seperti diakui oleh Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabidbinpres) PB Percasi, yang paling membanggakan adalah keberagaman peraih medali emas. Dari 8 emas individu yang diraih Indonesia (dari total 10), datang dari enam nama berbeda.

GM Susanto Megaranto merebut 3 medali emas perorangan dari nomor rapid ASEAN chess, makruk rapid chess dan FIDE rapid chess, berfoto bersama wasit ketua Maung Maung Lwin dari Myanmar. Foto/Kristianus Liem/Percasi
GM Susanto Megaranto tampil fenomenal dengan tiga emas dari tiga gaya berbeda: Makruk rapid chess, ASEAN rapid chess, dan FIDE rapid chess. Ia menjadi simbol kedewasaan, pengalaman, dan keuletan dalam satu tubuh. Di sisi lain, wajah-wajah baru mulai bermekaran.
Ada WIM Chelsie Monica Sihite yang meraih emas dari Makruk rapid chess wanita, dan WIM Laysa Latifah, pecatur muda berusia 19 tahun yang kini menjadi ikon baru bersama Shafira Devi Herfesa, juara zona 3.3 tahun ini. Keduanya seperti gema masa depan, bersiap menggantikan duet klasik IM Irine Kharisma Sukandar dan IM Medina Warda Aulia yang sudah lama jadi andalan.

Medali emas perorangan makruk rapid women WIM Chelsie Monica Sihite. Foto/Kristianus Liem/Percasi
Namun tetap ada kewaspadaan, terutama untuk nomor Makruk, varian catur khas Thailand yang makin sering dipertandingkan di ajang regional. Menurut Eka Putra Wirya, Dewan Pengawas PB Percasi:
“Sebenarnya prediksi catur Thailand Makruk ini sulit, karena jarang dimainkan. Kalau secara ilmu caturnya, jelas kita jauh lebih kuat dari Thailand. Tapi kita lihat uji coba di Penang, mereka tidak menurunkan tim inti, artinya mereka sudah terbiasa dengan catur Thailand. Jadi kewaspadaan harus benar-benar dijaga, walau saya sangat gembira dengan hasil uji coba ini, kita bisa meraih medali emas paling banyak.”

Eka Putra Wirya bersama WGM Dewi AA Citra dan mantan pecatur nasional WIM Lisa Lumongdong. Foto/ludus.id
Dan luar biasanya, kemenangan besar itu disempurnakan oleh penghargaan prestisius yang diterima Indonesia pada penutupan turnamen. Eka Putra Wirya, tokoh sentral dalam kebangkitan catur nasional, menerima ASEAN Caissa Awards 2025, sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam pengembangan dan diplomasi catur Asia Tenggara. Penghargaan itu diberikan oleh Presiden ASEAN Chess Confederation Sahapol Nakwanich, yang diwakili oleh Kristianus Liem, Ketua Binpres PB Percasi.

Kristianus Liem mewakili Eka Putra Wirya yang menerima ASEAN Caissa Awards 2025 dari Presiden ASEAN Chess Confederation Sahapol Nakwanich. Foto/Istimewa
Dalam pernyataan tertulisnya, Eka menyampaikan refleksi yang menyentuh:
“Saya menerima penghargaan ini dengan rasa syukur yang mendalam, bukan sebagai pencapaian pribadi semata, melainkan sebagai pengingat akan tanggung jawab yang terus menyala untuk tidak pernah berhenti membangun dan mengembangkan catur tanpa batas. Saya bersyukur bila lilin kecil di dunia catur yang saya nyalakan, ternyata turut menerangi perjalanan pecatur Indonesia hingga ke panggung dunia, bahkan terang lilin itu pun dirasakan oleh dunia catur internasional. Semoga semangat ini akan terus menyala dan diwariskan, hingga Indonesia tidak hanya dikenal sebagai bangsa yang besar, tetapi juga bangsa yang berpikir besar.”

Emas beregu Makruk Blitz Chess atas nama GM Novendra Priasmoro, IM Aditya Bagus Arfan dan IM Mohamad Ervan. Foto/Kristianus Liem/Percasi
Sementara itu, Indonesia juga mendominasi di nomor beregu. Dari 13 nomor yang dipertandingkan, 10 emas berhasil direbut. Tiga sisanya, semua dari kategori beregu Makruk (2, 3, dan 4 pemain), jatuh ke tangan Singapura.
Yang menarik, sistem beregu di Penang bukanlah pertandingan tim secara langsung, melainkan berdasarkan total poin individu dari tiap negara. Seperti dijelaskan oleh Kristianus Liem:

Emas perorangan women ASEAN rapid chess atas nama WIM Laysa Latifah. Foto/Kristianus Liem/Percasi
“Sebenarnya, selain nomor perorangan di Penang ini juga disediakan nomor beregu yang nanti juga bakal ada dalam SEA Games ke-33 di Thailand 2025. Cuma bedanya, kelak di Thailand regunya bertanding melawan regu negara lainnya. Khusus di Penang, karena keterbatasan waktu dan peserta, medali beregunya dihitung berdasarkan jumlah poin yang diraih para pemain di nomor perorangan.”

Medali emas Makruk Rapid Men Quadruples: GM Susanto Megaranto, GM Novendra Priasmoro, IM Mohamad Ervan dan IM Nayaka Budidarma. Foto/Kristianus Liem/Percasi
Sistem ini menghasilkan kategori beregu seperti doubles, triples, quadruples, hingga mixed quintuples. Skema ini menuntut kekuatan kolektif, bukan hanya bintang tunggal. Dan Indonesia menjawab tantangan itu dengan kedalaman skuad yang merata.
Penampilan di Penang adalah gambaran tim catur yang tak hanya haus gelar, tapi juga matang secara struktur. Tak lagi hanya bergantung pada satu dua nama, Indonesia kini punya “pohon catur” yang berakar kuat dan menjulang. Bahkan dari “aturan tak tertulis” yang membatasi medali, mereka masih tetap unggul dalam dominasi.

Medali Emas nomor beregu Women ASEAN Rapid Chess Quadruples: WIM Laysa Latifah, WGM Medina Warda Aulia, WIM Chelsie Monica dan WIM Ivana Lasama Setiabudi. Foto/Kristianus Liem/Percasi
Kini tinggal satu pertanyaan: apakah performa ini bisa diulang, atau bahkan dilampaui, di SEA Games Thailand 2025? Di sana, tidak ada aturan kompromi. Medali akan direbut secara mutlak. Dan negara-negara lain, termasuk Vietnam dan Thailand yang absen atau menyimpan kekuatan, pasti akan datang dengan segalanya.
Indonesia sudah menunjukkan, mereka siap. Tapi sebagaimana dalam catur: siap saja belum tentu cukup. Yang dibutuhkan adalah langkah berikutnya, yang paling tepat, pada waktu yang paling menentukan.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!