M. Zaki Ubaidillah Raih Perak di BWF World Junior Championships 2025, Harapan yang Jatuh di Guwahati
Ludus01


LUDUS - Barangkali tak ada yang lebih berat bagi seorang atlet muda selain menyentuh garis juara, hanya untuk kemudian melihatnya menjauh perlahan. Mohammad Zaki Ubaidillah, pebulu tangkis yang akrab disapa Ubed, tahu betul rasanya. Di National Centre of Excellence, Guwahati, India, ia berdiri di panggung terakhir Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior 2025, membawa nama Indonesia sendirian di babak final, Minggu (19/10). Namun di hadapannya, berdiri tembok kokoh bernama Liu Yang Ming Yu dari Tiongkok, unggulan ketiga yang sudah menunggu dengan ketenangan seorang pemburu tua.

Foto/PBSI
Pertandingan itu berjalan cepat, tapi terasa panjang. Skor 10-15, 11-15 tak sepenuhnya menggambarkan betapa keras perlawanan Ubed di lapangan. Dalam 35 menit yang menguras napas, ia berlari, menebas, mengembalikan, dan berharap. Setiap reli seperti tarikan napas yang tak selesai, setiap poin hilang seperti satu asa yang gugur. Ia telah mencoba, namun permainan Liu terlalu rapi, terlalu matang dalam mengatur tempo dan menguasai bola atas.
“Alhamdulillah, bisa menyelesaikan pertandingan tanpa cedera,” ujar Ubed kepada tim media dan humas PBSI, seusai laga, suaranya tenang tapi matanya menahan kecewa. “Tadi mainnya kurang maksimal dari segi fokus dan pikirannya goyang. Mungkin saya terlalu berambisi untuk juara.” Kalimat itu sederhana, tapi di baliknya ada kedewasaan seorang remaja yang sedang belajar arti kalah.

Foto/PBSI
Ia tahu, lawannya hari itu bukan hanya Liu, tapi juga dirinya sendiri, rasa ingin menang yang terlalu besar hingga mengaburkan fokus. “Secara teknik, lawan bisa menguasai pukulan bola atas dan dari awal sudah mengontrol speed. Saya enggak siap dengan hal itu,” katanya lagi. Di beberapa momen, ia ragu melepaskan buangan, dan keraguan itulah yang memberi ruang bagi Liu untuk menyerang tanpa henti.
Ubed sudah pernah bertemu Liu sebelumnya di Kejuaraan Asia Junior (AJC). Kali ini, lawannya datang lebih siap, lebih mengerti cara menutup ruang. “Dibandingkan pertemuan di AJC kemarin, lawan tahu apa yang harus dilakukan jika bertemu saya,” akunya. Dalam pengakuan itu, ada kesadaran bahwa setiap kekalahan adalah pelajaran, dan setiap pelajaran, jika diterima dengan rendah hati, bisa menjadi jalan menuju kemenangan lain.

Foto/PBSI
Kejuaraan Dunia Junior ini menjadi turnamen terakhir Ubed di level usia muda. Tahun depan, usianya menyentuh 19. Ia akan melangkah ke dunia yang lebih keras: level senior, tempat nama besar tak lagi bisa bergantung pada bakat semata. “Banyak yang harus saya perbaiki di level senior, dari fisik hingga mental. Main di senior juga butuh pikiran dan tekad yang kuat,” ujarnya. “Semoga bisa lebih melejit lagi kariernya di level senior nanti.”
Meski pulang tanpa gelar juara, pencapaian Ubed tetap menyala. Ia satu-satunya wakil Indonesia yang berhasil mencapai final di ajang bergengsi ini. Di antara deretan pemain muda dari seluruh dunia, hanya dia yang berdiri sejajar dengan para unggulan besar hingga akhir turnamen.
BACA JUGA: BWF World Junior Championships 2025: Perjalanan Dramatis Moh Zaki Ubaidillah Menuju Final

Di Guwahati, Ubed memang kalah di papan skor, tapi ia menang dalam hal yang lebih penting: keberanian untuk mencoba, keteguhan untuk bertahan, dan kesadaran untuk belajar. Mungkin, inilah cara semesta mengajarinya arti sabar dalam perjalanan panjang menuju puncak. Sebab bagi seorang juara sejati, kekalahan di usia muda bukan akhir, melainkan awal dari sesuatu yang lebih besar.
Dan di tengah sorak sorai di arena itu, Ubed berjalan keluar lapangan dengan kepala tegak, membawa pulang hadiah untuk Indonesia: masuk final dan juara kedua!

Foto/PBSI
-- Moh. Zaki Ubaidillah --
"Alhamdulillah bisa menyelesaikan pertandingan hari ini tanpa cedera. Tadi mainnya kurang maksimal dari segi fokus dan pikirannya goyang. Mungkin tadi saya terlalu berambisi untuk juara.
Secara teknik lawan bisa menguasai pukulan bola atas dan dari awal sudah mengontrol speed dan saya gak siap dengan hal itu. Karena Tadi buangan saya ragu-ragu akhirnya saya diserang terus. Dibandingkan dengan pertemuan di AJC kemarin, lawan lebih siap dan tahu apa yang harus dilakukan jika bertemu saya.
Banyak yang harus saya perbaiki di level senior, dari fisik hingga mental serta main di senior juga butuh pikiran dan tekat yang kuat. Harapan kedepannya, semoga bisa lebih melejit lagi kariernya di level senior nanti."

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!