Manfaatkan PON Bela Diri Kudus 2025 untuk Lahirkan Atlet Berprestasi: Cabang Bela Diri Penyumbang Terbanyak Medali Indonesia di Multievent
Ludus01


LUDUS - Kudus, kota kecil yang harum oleh wangi kretek dan sejarah para wali, sore itu berubah menjadi panggung besar kebanggaan nasional. Di tengah gemerlap Djarum Arena Kaliputu, teriakan atlet berpadu dengan doa dan disiplin. Dari tempat inilah, Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman membuka secara resmi PON Bela Diri Kudus 2025, sebuah momentum yang lebih dari sekadar pertandingan. Ia seperti mengetuk kesadaran bersama: bahwa di balik setiap pukulan, tendangan, atau kuncian, tersembunyi akar kekuatan bangsa yang selama ini menjadi penyumbang hampir separuh medali Indonesia di multievent internasional.
Marciano pun mengapresiasi Djarum Foundation sebagai pihak swasta yang mendukung penuh penyelenggaraan PON Bela Diri 2025 ini. Pelaksanaan di Kudus ini dinilainya menjadi contoh bagaimana kolaborasi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat bisa melahirkan event olahraga bertaraf nasional.

Foto/PON Bela Diri
Cabang-cabang bela diri, dari pencak silat, taekwondo, judo, hingga karate, selalu menjadi denyut nadi kemenangan. “Sebanyak 30 persen medali Indonesia berasal dari cabang olahraga bela diri,” katanya. Sebuah angka yang tak sederhana, angka yang menjadi penanda denyut paling hidup dalam peta olahraga nasional.
Bila kita menengok ke belakang, pada SEA Games 2021 di Vietnam, dari seluruh medali yang kita bawa pulang, 74 di antaranya lahir dari arena bela diri: sekitar 30,7% dari total. Di Asian Games Hangzhou 2022, meski hanya sembilan medali, proporsinya masih seperempat dari seluruh raihan kontingen Merah Putih. Angka-angka itu seperti nadi yang berdetak: mengingatkan kita bahwa kekuatan bangsa ini sering kali datang dari napas para petarung. Dan kini, di Kudus, semua itu seolah dirajut kembali dalam satu cita: melahirkan atlet berprestasi dari bumi yang sederhana namun penuh semangat.

Namun angka saja tak cukup. Karena di balik setiap medali ada peluh yang jatuh, ada rasa sakit yang diam-diam ditahan, ada cita-cita yang dititipkan orang tua kepada tubuh seorang anak yang menendang, membanting, atau menangkis.

Foto/PON Bela Diri
“Mari manfaatkan PON Bela Diri Kudus 2025 sebaik-baiknya,” ujar Marciano, seolah berbicara bukan hanya kepada para atlet, tetapi kepada seluruh bangsa yang terkadang lupa menghargai proses di balik sorotan medali.
Sebanyak 2.416 atlet dari 37 KONI daerah (Konida) datang ke Kudus. Mereka datang dari berbagai provinsi, membawa serta pelatih, ofisial, bahkan harapan kecil dari kampung masing-masing. Sekitar 3.500 orang mengisi hotel-hotel, menyemarakkan jalanan kota, menghidupkan warung kopi, dan membuat perekonomian Kudus berdenyut lebih cepat. Bupati
Sam’ani Intakoris bahkan menyaksikan sendiri bagaimana warga tumpah ruah di jalan, menyambut defile atlet dari Djarum Arena menuju Alun-alun Simpang Tujuh. Kudus, untuk sejenak, menjadi kota yang bergetar oleh semangat bela diri.

Foto/PON Bela Diri
Namun di balik pesta itu, ada renungan yang lebih dalam. PON Bela Diri ini bukan sekadar lomba, tapi semacam laboratorium nasional, tempat para atlet diuji bukan hanya fisiknya, tapi juga jiwanya. Dalam sunyi peluh dan sabetan tangan, mereka sedang belajar tentang kejujuran, keteguhan, dan disiplin, tiga hal yang sering kali lebih langka dari emas itu sendiri.

Foto/PON Bela Diri
Penyelenggaraan PON Bela Diri Kudus 2025 adalah kolaborasi antara KONI Pusat, Djarum Foundation, Kemenpora, dan Pemerintah Kabupaten Kudus. Sebuah sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat yang menunjukkan bahwa olahraga bisa menjadi jembatan dari banyak hal: ekonomi, pendidikan, bahkan peradaban. Dari ring tinju, tatami judo, hingga arena silat, Indonesia sedang menyiapkan diri untuk satu mimpi besar, masuk lima besar Olimpiade pada 2044.

Foto/PON Bela Diri
Mimpi itu mungkin terdengar jauh. Tapi setiap cita besar memang selalu lahir dari hal-hal kecil: dari anak yang berlatih saban sore, dari pelatih yang menahan lapar demi membeli pelindung kepala, dari kabupaten kecil yang berani menjadi tuan rumah pesta olahraga nasional. Kudus sedang memainkan perannya hari ini.

Foto/LUDUS.id
Dari sepuluh cabang bela diri yang bertanding: pencak silat, tarung derajat, karate, taekwondo, gulat, judo, jujitsu, sambo, kempo, hingga wushu, ada 223 nomor yang diperebutkan. Dan mungkin, di antara ratusan nomor itu, terselip nama-nama yang kelak kita dengar di podium Olimpiade. Sebab setiap juara besar selalu berawal dari gelanggang kecil yang bersahaja.

Foto/PON Bela Diri
Menteri Pemuda dan Olahraga RI Erick Thohir, melalui Deputi Raden Isnanta, mengingatkan, “Kalau PON pertama di Solo adalah alat perjuangan, selebihnya PON menjadi alat pemersatu, dan selanjutnya PON untuk prestasi.” Barangkali di situlah makna sejati olahraga: dari perjuangan menuju persatuan, lalu dari persatuan menuju keunggulan.
Pada puncak acara, Marciano menyerahkan bendera kepada dua tokoh yang tak hanya dikenal sebagai aktor laga, tapi juga duta budaya bela diri Indonesia, Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman. Dua nama yang membawa pencak silat ke panggung Hollywood, lalu kini kembali ke akar: tanah airnya sendiri. Ada semacam simbol di sana, bahwa untuk menjadi besar di dunia, seseorang harus terlebih dahulu pulang ke asalnya.

Foto/PON Bela Diri
Dan ketika kembang api malam itu meledak di langit Kudus, semua orang menengadah. Mungkin tak semua memahami makna statistik, atau target Olimpiade 2044. Tapi mereka tahu satu hal: di bawah sinar warna-warni itu, Indonesia sedang menyalakan harapan. Harapan yang lahir dari tubuh-tubuh yang berlatih, dari semangat yang tak mau menyerah, dari tangan-tangan yang berani menangkis hidup.

Foto/KONI Pusat
Sebab sejatinya, bela diri bukan hanya tentang bagaimana memukul, tetapi juga bagaimana berdiri tegak setiap kali jatuh. Dan bangsa ini, seperti halnya para atletnya, sedang belajar berdiri kembali, kali ini dari Kudus.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!