Peraih Medali Emas Taekwondo SEA Games '89 Bambang Widjanarko: Saatnya Taekwondo Indonesia Bangkit Lagi
Ludus01


Tulisan ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi ludus.id

Ada masa ketika taekwondo Indonesia berdiri gagah di pentas dunia. Kita pernah mencatat prestasi di Olimpiade untuk nomor kyorugi, sebuah pencapaian yang hingga kini belum pernah terulang. Di Asian Games, taekwondo Indonesia juga sempat memberi warna. Sementara di SEA Games, sebelum tahun 1999, Indonesia dikenal begitu perkasa. Tahun 1995 di Thailand, misalnya, atlet-atlet kita membawa pulang lima medali emas. Namun setelah itu, prestasi mulai meredup, seakan menghilang dari radar.
Ironisnya, hal ini terjadi justru di tengah perkembangan taekwondo di tanah air yang begitu pesat. Klub-klub bermunculan, antusiasme masyarakat tinggi, jumlah praktisi terus bertambah. Pertanyaannya: mengapa prestasi di level elite tak sejalan dengan perkembangan masif di akar rumput?
Ada beberapa hal yang patut direnungkan. Pertama, pembenahan organisasi dan sistem kompetisi. Kompetisi harus teratur, tertata, dan memiliki jenjang yang jelas. Atlet tidak bisa hanya berputar-putar di level yang sama tanpa arah menuju level lebih tinggi. Sistem leveling akan memberi jalur regenerasi yang sehat.
Kedua, pemberdayaan mantan atlet. Mereka yang pernah berjuang dan berprestasi seharusnya menjadi kepanjangan tangan PBTI di daerah. Pengalaman dan kompetensi mereka bisa menjadi fondasi dalam mencari dan membina bakat-bakat baru.
Ketiga, kiblat pembelajaran. Sudah saatnya Indonesia lebih sering mengirim atlet dan pelatih ke negara-negara dengan tradisi taekwondo modern. Korea jelas tak tergantikan, tapi Thailand juga telah menjadi barometer Asia Tenggara. Seminar, try out, atau pelatihan di sana akan memperkaya wawasan teknik dan mental.
Selain itu, sistem pembatasan usia juga penting. Atlet maksimal bertanding di usia 26, agar regenerasi berjalan. Atlet yang sudah menjuarai tiga kali kejuaraan nasional atau turnamen grade 1 sebaiknya didorong naik ke level internasional. Dengan begitu, roda pembinaan terus berputar, dan tidak ada stagnasi.
Terakhir, penguatan bidang litbang. Tanpa riset, strategi hanya akan berjalan di tempat. Penempatan orang-orang yang tepat di bidang ini akan membantu kita memahami tren kelas kyorugi, sekaligus merumuskan program berbasis data, bukan sekadar intuisi.
Taekwondo Indonesia punya sejarah emas, dan sejarah itu tidak boleh berhenti sebagai kenangan. Sudah saatnya kita membangkitkan kembali prestasi, dengan sistem yang rapi, pembinaan yang berjenjang, dan keberanian melakukan regenerasi.
Bangkitnya taekwondo Indonesia bukan sekadar mimpi, melainkan keharusan. Taekwondo Indonesia punya sejarah emas, dan sejarah itu tidak boleh berhenti sebagai kenangan. Sudah saatnya kita membangkitkan kembali prestasi, dengan sistem yang rapi, pembinaan yang berjenjang, dan keberanian melakukan regenerasi.
Bangkitnya taekwondo Indonesia bukan sekadar mimpi, melainkan keharusan. Dan untuk itu, PBTI, terutama Ketua Umum, perlu diajak duduk bersama, berdialog, agar masukan-masukan dari berbagai pihak bisa benar-benar menjadi jalan perubahan.
Bambang Widjanarko, Peraih Medali Emas Taekwondo SEA Games '89 dan Mantan Pelatih Nasional

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!