Perjalanan Marc Marquez: Baby Alien dari Jerez Kelam ke Tahta Dunia, Kini Menyapa Istana Jakarta, Siap Menaklukkan Mandalika

Ludus01

Foto/Instagram/Marc Marquez

LUDUS - Langkah Marc Marquez sore itu terasa ringan ketika memasuki Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (30/9). Juara dunia MotoGP 2025 itu, dengan senyum yang tak pernah benar-benar hilang dari wajahnya, menyapa Presiden Prabowo Subianto. Di sebelahnya, Menpora Erick Thohir mendampingi, sementara dua bintang muda Indonesia, Mario Suryo Aji dan Veda Ega Pratama, ikut merasakan aura pertemuan bersejarah itu.

Foto/Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman

Foto/Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman

“Halo semuanya, saya sangat senang bisa kembali ke Indonesia setelah menjadi juara dunia tiga hari yang lalu,” kata Marquez, suaranya jernih, penuh percaya diri.

Kalimat itu terasa sederhana. Namun, di baliknya tersimpan perjalanan panjang, sebuah kisah tentang kejatuhan, kesakitan, dan bangkit kembali.

BACA JUGA: Jelang MotoGP, Valentino Rossi di Jakarta: Jamuan Erick Thohir dan Harapan Balap Motor Indonesia

Foto/Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman

Foto/Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman

Marc Marquez lahir di Cervera, Lleida, Catalunya, 17 Februari 1993. Ayahnya, Julia Marquez, dan ibunya, Roser Alenta, sejak awal memberi ruang besar pada bakat anak sulung mereka. Di usia empat tahun, Marc sudah menunggang minibike, dan tak lama kemudian menapaki jalur motocross serta kompetisi minibike di Spanyol.

Darah balap itu ternyata tak hanya mengalir ke Marc. Adiknya, Alex Marquez, lahir pada 1996, juga mengikuti jejak serupa. Álex bahkan sukses menjadi juara dunia Moto3 pada 2014 dan Moto2 pada 2019. Relasi kakak-beradik ini bukan hanya keluarga, melainkan juga persaingan sehat: Alex sering jadi “sparring partner” di rumah maupun lintasan. Momen unik tercipta pada 2020, ketika keduanya sama-sama membela tim Repsol Honda, sebuah babak keluarga yang jarang terjadi di dunia MotoGP.

Foto/Instagram/Marc Marquez

Foto/Instagram/Marc Marquez

Tahun 2020, Jerez menjadi mimpi buruk. Marquez, yang kala itu masih menjadi ikon Honda, mengalami kecelakaan parah. Lengan kanannya patah, tubuhnya ringkih, dan rasa sakitnya tak sekadar fisik. Ia terlempar dari jalur kemenangan. Musim-musim berikutnya berjalan kelam. Cedera berulang, kecelakaan yang tak berkesudahan, hingga bayang-bayang kegagalan yang terus menghantui.

“Waktu itu saya hidup dalam kegelapan,” ia pernah berujar begitu.

Bagi seorang juara dunia termuda MotoGP (2013), situasi itu terasa seperti kutukan. Dari seorang “Baby Alien” yang ditakuti lintasan, Marquez berubah menjadi pembalap yang dipertanyakan: masihkah ia bisa kembali?

Foto/Instagram/Marc Marquez

Foto/Instagram/Marc Marquez

Jawabannya baru datang pada 2024. Keputusan besar diambil: meninggalkan Honda, rumah yang membesarkannya, lalu berlabuh ke Ducati. Sebuah langkah yang disebut banyak orang berisiko, tapi bagi Marquez, itulah jalan untuk menemukan dirinya kembali.

Dengan Ducati Lenovo, ritme lama perlahan hadir lagi. Tidak ada kesembronoan, semua penuh perhitungan. Dari Thailand ke Argentina, dari Qatar ke Aragon, dari Italia hingga San Marino, ia kembali merajai podium. Sepuluh kemenangan besar, puluhan podium, dan akhirnya 541 poin terkumpul. Angka yang tak lagi bisa dikejar, bahkan oleh Alex Marquez, adik kandungnya sendiri.

Foto/Instagram/Marc Marquez

Foto/Instagram/Marc Marquez

Puncaknya datang di Sirkuit Motegi, Jepang, Minggu (28/9). Gelar dunia yang ditunggu sejak 2019 akhirnya kembali ke genggamannya. Juara dunia ke-9 dalam kariernya, juara pertama bersama Ducati, dan juara yang mungkin paling emosional dalam hidupnya. Seakan sejarah ingin bermain ironi: ia menutup luka lama dengan kemenangan baru.

“Saya banyak mendapat tekanan selama lima tahun terakhir. Kini saya hanya ingin menikmati keadaan, lalu tahun depan di 2026 berjuang lagi,” ujarnya di Jakarta.

Dengan gelar itu, Márquez kini memiliki sembilan mahkota dunia (125cc 2010, Moto2 2012, MotoGP 2013, 2014, 2016, 2017, 2018, 2019, dan 2025). Rentang kejayaannya membentang 15 tahun, sesuatu yang hanya bisa disejajarkan dengan Agostini dan Rossi.

BACA JUGA: Marc Marquez Bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka: Mandalika, Sport Tourism, dan Harapan Generasi Muda

Tak berhenti di Motegi, euforia kemenangan Marquez menemukan gaung baru di Indonesia. MotoGP Mandalika, yang kembali digelar Oktober 2025, menjadi panggung berikutnya. Antusiasme publik Indonesia pada Marquez tak pernah surut, bahkan ketika ia jatuh bangun beberapa tahun terakhir.

Maka kehadirannya di Istana Kepresidenan Jakarta sehari sebelum balapan Mandalika bukan sekadar seremoni. Ada simbol yang melekat di situ: seorang anak kecil dari Cervera yang dulu menunggang minibike, yang pernah patah dan hampir hancur, kini hadir sebagai legenda hidup, dan mendapat sambutan resmi di negeri yang mencintai balap motor dengan begitu dalam.

Marc Marquez adalah paradoks hidup. Ia pernah jadi yang termuda, kini termasuk yang tertua. Ia pernah diragukan, kini kembali dielu-elukan. Ia pernah roboh di tikungan Jerez, kini menutup luka itu dengan senyum di Istana Jakarta.

Apakah ini bab terakhir? Mungkin belum. Sejarah MotoGP sudah membuktikan: Marquez adalah “Baby Alien” yang lahir dari bumi Cervera, tapi keberaniannya melintasi segala keterbatasan membuatnya seperti berasal dari dunia lain. Dan selama motor masih dinyalakan, cerita itu belum usai.

Foto/Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman

Foto/Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman

Ia baru 32 tahun, salah satu kampiun tertua dalam sejarah MotoGP modern. Tapi di saat yang sama, ia juga pernah menjadi juara termuda. Sebuah paradoks yang hanya bisa ditulis oleh waktu, keberanian, dan sedikit kegilaan di lintasan. (Dari Berbagai Sumber)

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!