

LUDUS - Kudus, kota kecil dengan sejarah besar, kembali menjadi berita. Setelah dikenal lewat kretek dan kearifan para wali, kini Kudus menyalakan obor lain: PON Bela Diri Kudus 2025. Sebuah ajang yang bukan hanya tentang medali, tetapi tentang keberanian membuktikan bahwa olahraga bisa hidup mandiri, dibiayai swasta, digerakkan semangat.

Di tanah yang dulu menjadi saksi kelahiran industri rokok kretek, kini asap kemenangan dan semangat juang para atlet mulai mengepul.
Untuk kali pertamanya, Indonesia memiliki PON Bela Diri Kudus 2025, ajang multi-event nasional yang seluruhnya dibiayai swasta, tanpa sepeser pun dana dari APBN.
Tagline-nya sederhana namun bergetar makna: “Bela Diri itu Prestasi.” Dari tendangan, kuncian, hingga tarian jurus, lahirlah karakter bangsa yang tak hanya kuat, tapi juga berbudaya.
Dan inilah lima fakta menarik dari perhelatan yang akan menjadi titik temu antara olahraga, tradisi, dan kebanggaan nasional.
1. PON Swasta Pertama di Indonesia

Foto/PON Bela Diri
Inilah sejarah yang jarang terjadi: seluruh penyelenggaraan PON Bela Diri Kudus 2025 dibiayai oleh pihak swasta, tanpa bantuan APBN sedikit pun. KONI Pusat menyebutnya “terobosan berani”, langkah konkret menuju kemandirian olahraga. Kudus menjadi contoh bahwa sinergi antara dunia usaha dan olahraga dapat melahirkan ruang baru bagi prestasi, tanpa membebani negara.
Seperti dikatakan Pierre de Coubertin, pendiri Olimpiade modern:
“The most important thing is not to win, but to take part.”
Namun di Kudus, kita belajar satu hal lagi, bahwa mengambil bagian juga berarti berani berinovasi.
2. Djarum Arena Kaliputu: Jantung Pertarungan

Semua perhelatan berlangsung di Djarum Arena, Kaliputu, satu kompleks megah yang menjadi pusat denyut ajang ini.
Empat lapangan besar disulap menjadi gelanggang bela diri: dua arena untuk latihan, empat lainnya menjadi panggung pertarungan utama.
Sebanyak 2.645 atlet dari 38 provinsi akan bertanding di sembilan cabang bela diri: taekwondo, judo, gulat, tarung derajat, pencak silat, shorinji kempo, karate, ju-jitsu, sambo, dan wushu.
Dari sana, akan lahir generasi pendekar baru Indonesia, para penjaga marwah disiplin dan sportivitas.
3. Menyelamatkan Cabang Non-Olimpiade

Foto/PON Bela Diri
Lebih dari sekadar kompetisi, PON Bela Diri adalah upaya penyelamatan. Mulai 2028, PON reguler hanya akan mempertandingkan cabang olahraga Olimpiade. Artinya, cabang-cabang khas Indonesia seperti pencak silat atau tarung derajat nyaris kehilangan rumah.
Maka ajang di Kudus ini menjadi pelampung sejarah, ruang hidup baru bagi cabang-cabang non-Olimpiade untuk tetap bernafas dan berkembang.
Ia bukan hanya turnamen, tapi juga pernyataan: bahwa dalam setiap jurus tradisional, tersimpan nilai-nilai bangsa yang tak boleh punah.
4. Seni, Rakyat, dan Bela Diri Menyatu di Alun-Alun

Sebelum pertandingan dimulai, semangatnya sudah lebih dulu menyala di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus. Tanggal 5 Oktober, ribuan warga menyaksikan pembentangan tifo raksasa 50 × 25 meter karya delapan seniman Kudus. Dibuat dari kain blacu, tifo itu nantinya akan diubah menjadi totebag eksklusif untuk para peraih medali, simbol bahwa seni dan prestasi bisa berpadu dalam napas yang sama.
Dari 6 hingga 10 Oktober, alun-alun berubah menjadi “Pekan Bela Diri Kudus”, menampilkan perguruan lokal, atraksi jurus, dan musik rakyat. Bela diri kembali ke akar: menjadi ruang publik yang hidup, bukan milik atlet semata, melainkan milik masyarakat.
5. Kudus, Panggung Kearifan dan Kebanggaan

Foto/PON Bela Diri
Kota kecil ini membuktikan bahwa tuan rumah tak harus megah untuk bermakna. Pemerintah daerah bersama swasta memperbarui Djarum Arena dengan standar internasional, sekaligus membuka pintu wisata bagi peserta. Pemegang ID Card resmi dapat menikmati tur ke enam landmark Kudus, dari Menara Kudus hingga Museum Kretek, bagian dari konsep sports tourism yang memadukan keringat dan kebudayaan.
Dan pada malam 11 Oktober, dua maestro laga: Cecep Arif Rahman dan Yayan Ruhiyan, menyalakan api pembukaan lewat atraksi bela diri yang teatrikal, diiringi tari kretek dan kembang api yang menyulut langit Kudus. Sebuah pesta yang membuktikan: bela diri pun bisa menjadi puisi.

Foto/PON Bela Diri
Ketika Jurus Menjadi Doa
PON Bela Diri Kudus 2025 bukan sekadar arena tanding. Ia adalah panggung di mana kebudayaan, keringat, dan kebanggaan menyatu dalam satu tarikan napas.
Ketika tifo raksasa itu kelak diurai menjadi ribuan tas di tangan para juara, mungkin di sanalah makna tagline itu menemukan bentuknya:
“Bela Diri itu Prestasi.”
Dan seperti kata Bruce Lee,
“The successful warrior is the average man, with laser-like focus.”

Foto/PON Bela Diri
Kudus telah membuktikan fokus itu: menjadikan bela diri bukan sekadar olahraga, tetapi peradaban, tempat setiap jurus adalah doa, setiap kemenangan adalah cara lain bangsa ini mencintai dirinya sendiri.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!