Perunggu dari Asian Youth Games Bahrain: Perjalanan Kavka Zhafif Putrawitama Menendang Mimpi Menuju Olimpiade

Ludus01

LUDUS - Di Hall 2 Exhibition World, Manama, Bahrain, di antara sorotan lampu dan gemuruh dukungan dari berbagai bahasa, seorang remaja asal Yogyakarta berdiri penuh percaya diri di atas matras taekwondo. Namanya Kavka Zhafif Putrawitama, enam belas tahun.

Foto/Dirc Richard/LUDUS.id

Foto/Dirc Richard/LUDUS.id

Di panggung besar itu, tempat napas para atlet berpacu dengan waktu dan harapan, ia menorehkan kisahnya sendiri. Ia baru saja menuntaskan pertarungan yang membuat napasnya tersengal, tapi matanya tak menunjukkan lelah, hanya sinar yang sama yang selalu menyala di wajah-wajah muda yang percaya pada mimpi. Dari tangan dan kakinya yang lincah, Indonesia mendapat satu lagi alasan untuk percaya: medali perunggu dari cabang taekwondo Asian Youth Games Bahrain 2025.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Bagi sebagian orang, perunggu mungkin hanyalah warna ketiga. Tapi bagi Kavka, logam itu adalah lambang dari keberanian, nyeri, dan janji yang belum selesai. Ia bertarung di kelas -63 kg, menempuh jalan panjang dari babak penyisihan melawan taekwondoin Pasanjaya Ranasinghe dari Sri Lanka, Ad Chynbaev (Kyrgyzstan), hingga Aeron Chuck Alariao dari Filipina, semuanya ditaklukkannya satu per satu. Langkahnya baru terhenti di semifinal, kalah tipis 2-1 dari Otabekov Omatbek asal Uzbekistan. Sebuah kekalahan yang tidak pahit, karena di setiap ronde ia tak pernah mundur, dan setiap tendangan ia lepaskan seolah membawa doa dari rumah.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Kafka bukan anak yang lahir dari ambisi besar. “Kalau mimpi tidak, tapi saya optimis sekali,” katanya, ketika ditanya tentang tujuannya sebelum berangkat ke Bahrain. Ia hanya ingin bertanding sebaik mungkin, mengikuti instruksi pelatih, dan membayar kepercayaan yang diberikan padanya. “Saya tidak peduli dengan lawan saya, saya hanya mendengar apa kata pelatih,” ujarnya lagi, lugas seperti cara ia menendang: langsung, tanpa bertele-tele.

Ia lahir di Yogyakarta, 11 Januari 2009, dari pasangan Gembong Widodo, anggota Polri asal Blora, dan Fitria Muntamah, seorang ibu asal Cilacap yang bekerja di sektor swasta. Kavka adalah anak pertama dari dua bersaudara. Kini ia masih berstatus pelajar di SMAN 4 Yogyakarta dan berlatih di klub Glory Taekwondo Academy, mewakili daerah Istimewa Yogyakarta. Ia mulai menekuni taekwondo sejak kelas dua SD, usia di mana anak-anak lain mungkin masih sibuk bermain kelereng atau gawai. Tapi dari situlah perjalanan panjangnya bermula.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Catatan prestasinya tidak pendek. Rekam jejaknya berkilau, seolah tiap tahun menjadi halaman baru dari perjalanan panjang seorang petarung muda. Tahun 2023, ia berdiri di podium tertinggi Kejurnas PPLP, menaklukkan kelas U59 dengan tendangan yang presisi dan keberanian yang nyaris tanpa cela. Tak lama berselang, gelar Juara 1 Kejurwil U61 menyusul, mempertegas dominasinya di arena domestik. Ia lalu menyeberang ke ajang Thaitae Taekwondo Championship 2023, dan sekali lagi, medali emas pulang ke tanah air bersamanya.

Musim berikutnya, tahun 2024, ia menguji diri di panggung internasional Kimunyong Cup International Open, ajang bergengsi di mana para talenta muda Asia beradu teknik dan mental. Di sana, ia membawa pulang perak: bukti bahwa jarak antara mimpinya dan puncak dunia kian menipis. Tak berhenti di situ, dua gelar nasional kembali ia sabet di Kejurnas U13 dan U16 2024, menjadikannya nama yang nyaris selalu disebut setiap kali taekwondo remaja Indonesia dibicarakan.

Dan pada 2025, ketika banyak remaja seusianya baru mulai bermimpi, ia sudah menorehkan satu lagi emas di ajang internasional: Juara 1 U63 Panglima Cup International. Rangkaian kemenangan yang tak sekadar menunjukkan konsistensi, tapi juga karakter, yang kemudian mengantarkannya terpilih melalui seleksi ketat Kejurnas untuk mewakili Indonesia di Asian Youth Games 2025.

Tapi, perjalanan di Bahrain tidak sesederhana itu. “Perjuangan adalah usaha yang tidak mudah karena perlu banyak usaha,” ucapnya, menyadari bahwa di balik setiap tendangan, ada pengorbanan yang tak terlihat. Ia ingat latihan yang seakan tanpa akhir, pagi yang selalu dimulai lebih cepat, dan malam yang sering berakhir dengan rasa sakit di otot-otot kaki. Maka ketika kalung medali perunggu itu melingkar di lehernya, bukan sorak yang ia dengar lebih dulu, melainkan gema dari dalam dirinya sendiri: kenangan akan peluh dan doa yang diam-diam tumbuh menjadi keyakinan. “Saya teringat perjuangan dan pengorbanan yang saya alami selama ini latihan mati-matian,” katanya pelan.

Foto/LUDUS.id

Foto/LUDUS.id

Pelatih Kepala tim junior taekwondo Indonesia asal Korea, Oh Ill Nam, melihat lebih jauh dari sekadar perunggu. “Kavka main bagus... kalah juga tipis. Ke depannya bagus tapi harus lakukan program yang rutin. Ia potensial sekali untuk bisa tampil di Olimpiade 2032,” ujarnya. Nada itu bukan pujian kosong, tapi penilaian jujur dari seorang pelatih yang terbiasa membedakan semangat dan bakat.

Di tribun arena Manama itu, seorang legenda berdiri diam. Dirc Richard Talumewo, nama yang masih dikenang sebagai peraih perak Olimpiade Barcelona 1992, menatap ke arah matras tempat seorang remaja Yogyakarta baru saja menundukkan kepala menerima kalung medali. Cahaya lampu menimpa wajah Kavka, membuat logam perunggu di dadanya berkilat samar.

Dirc tak banyak bicara, tapi sorot matanya menyimpan sesuatu antara haru dan harapan. Setelah upacara pengalungan medali, ia berkata, “Dua atlet (sebelumnya Queenita Keisha Azzahra meraih perunggu di nomor girls 49 kilogram) yang dapat perunggu di event ini punya potensi besar kalau makin sering ikut event internasional. Waktu di Kejuaraan Junior Asia di Kuching mereka langsung kalah di babak awal, tapi sekarang dapat perunggu… kemajuan kan.”

BACA JUGA: Queenita Keisha Azzahra dan Perunggu Asian Youth Games Bahrain: Kisah yang Baru Dimulai dan Pesan Khusus dari Dirc Richard

Foto/Istimewa

Foto/Istimewa

Kemajuan, katanya dengan senyum yang mengingatkan pada masa ketika ia sendiri berdiri di podium dunia tiga dekade lalu. Di balik ucapannya yang sederhana, terselip makna yang dalam: bahwa kemajuan tidak selalu berarti berdiri di puncak tertinggi, melainkan keberanian untuk tetap menendang arah mimpi meski pernah tersungkur.

Di Bahrain sore itu, Dirc seperti melihat dirinya sendiri di tubuh remaja itu, semangat yang tak mau padam, keyakinan yang tumbuh dari luka, dan tekad untuk membawa merah putih lebih tinggi lagi.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Kemajuan. Kata itu sederhana tapi penuh arti. Sebab Kavka tak pernah melihat dirinya sebagai pemenang atau pecundang, hanya seseorang yang terus ingin lebih baik dari kemarin. “Bagi saya, sukses itu bukan tentang hasil, namun bagaimana performa saya bisa meningkat dan terus meningkat di setiap event yang saya jalani,” ujarnya dengan tenang. Dalam rumus hidupnya, tidak ada kata gagal. “Mungkin bisa dibilang tidak ada kata gagal di rumus saya, hanya belum rezeki atau belum waktunya. Karena kegagalan adalah pelajaran terbaik.”

Ia sadar perjalanan ini baru permulaan. Dalam benaknya sudah tertanam satu tujuan yang ia sebut tanpa ragu: “Emas Olimpiade, tentunya. Karena hanya itu mimpi saya dari awal jadi atlet.”

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As

Mimpi itu belum dekat, tapi juga tidak lagi jauh, karena seseorang yang sudah tahu kenapa ia berjalan, tak akan berhenti hanya karena lelah.

Di matras Bahrain, mungkin langkahnya terhenti di semifinal. Tapi di lintasan panjang menuju masa depan, ia baru saja memulai. Perunggu di Bahrain itu bukan tanda akhir, melainkan pembuka dari sebuah perjalanan panjang seorang anak Yogyakarta yang percaya bahwa setiap tendangan adalah tekad, dan setiap perunggu adalah janji untuk emas yang akan datang.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!